Setelah 26 tahun mengumpulkan uang, akhirnya Mahrun Sumartin (49) dan istrinya, Purnawati (41) berkesempatan menunaikan ibadah haji pada tahun 2024.
Mahrun dan Purwanti adalah dua calon jamaah haji 2024 asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Keduanya bukanlah orang dengan kelebihan harta, namun siapa yang tahu nasib seseorang bila Allah telah memanggil
Ibadah haji memang rukun Islam yang wajib dilakukan oleh semua umat Islam. Namun tak semua umat mampu melaksanakannya, bukan semata-mata karena alasan ekonomi, tetapi juga keterpanggilan.
Meskipun bila seseorang mempunyai harta melimpah, tetapi belum mendapat panggilan dari-Nya, niscaya tidak bisa berangkat. Alasan itu bisa bermacam-macam, bisa jadi orang yang berharta, tetapi tidak mempunyai syarat kesehatan.
Pasangan suami istri dari Banjarmasin ini memang sedari dulu mempunyai keinginan kuat untuk berangkat ke Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Allah. Mereka mulai menyisihkan penghasilan dari hasil keringat, sedikit demi sedikit.
Setelah 26 tahun menabung, akhirnya pasangan suami istri asal Dusun Jenggul, Kelurahan Krandegan, Banjarmasin ini berhasil mendapatkan tiket ke menunaikan rukun Islam kelima.
Pedagang Kecil
Setiap pagi, Mahrun Sumartin bersiap melangkahkan kaki menuju tempat ia mengais nafkah di sebuah lapak berukuran 2 x 2 meter di Pusat Kuliner Banjarmasin.
Tempat inilah yang menjadi wasilah bagi kedua pasangan ini untuk dapat mengumpulkan biaya haji.
Semula dia hanya menjajakan dagangan menggunakan gerobak di trotoar dengan Alun-Alun Banjarmasin. Namun saat ini kondisi pekerjaannya sudah jauh lebih baik karena sudah memiliki lapak permanen.
Sumartin adalah pekerja biasa. Ia hanya tukang pembuat stempel. Usaha ini sudah ia jalani sejak tahun 1996 dan terus bertahan hingga saat ini. Ini adalah sumber penghasilan dia satu-satunya untuk menghidupi keluarga.
“Ya dari menyisihkan dari jasa bikin stempel inilah untuk ditabung buat berangkat haji,” katanya dikutip dari Suaramerdeka, Sabtu (11/5/2024).
Keinginannya untuk berangkat haji sudah ada sejak tahun 1998, saat itu pula dirinya mulai menyisihkan sedikit dari penghasilannya. Semakin pegiat usaha di bidang jasa, penghasilannya tak menentu.
Namun dia selalu mengusahakan agar setiap minggu dapat menyisakan penghasilan untuk ditabung dengan besaran yang berbeda-beda sesuai dengan penghasilan.
Hal itu ia lakukan terus menerus hingga pada 2012, dirinya berhasil mengumpulkan sejumlah uang yang cukup untuk dia dan istrinya untuk menutupi biaya pendaftaran haji.
Sudah mendaftar haji, bukan berarti urusan selesai. Ia harus melunasi cicilan haji hingga hari pemberangkatan. Dia sendiri harus menanti antrean haji selama 14 tahun.
Selama masa pelunasan itu pula, dia mengaku tak pernah kekurangan uang. Dia merasa sangat dimudahkan oleh Allah hingga masa pelunasan tiba. Bahkan dirinya tak pernah berhutang untuk memenuhi kebutuhan harian.
“Alhamdulillah jadi tidak perlu berhutang untuk membayar biaya pelunasan haji,” ucapnya.
Mahrun mengaku, dirinya berangkat haji juga sebagai rasa bersyukur karena istrinya sembuh dari penyakit kanker stadium 4.
“Yang juga akhirnya membuat tambah semangat ya karena istri saya sembuh dan sangat mendukung rencana untuk naik haji sama-sama. Jadi ini juga sebagai bentuk rasa syukur kami,” kata dia.