Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, menyatakan makanan timlo terinspirasi dari kimlo. Rasanya memang akrab di lidah masyarakat Solo.
Selama ini, orang mudah tergelincir menganggap kimlo sama dengan timlo. Kimlo merupakan nama jenis hidangan berkuah yang berasal dari Cina. Masakan tersebut di area Jawa Timur dan Jawa Tengah berkembang menjadi sup dan beredar di kawasan Pecinan.
Heri memaparkan, berdasarkan keterangan seorang wisatawan Belanda, Justus van Maurik. Pelancong itu mengungkapkan pengalaman kulinernya di Jawa pada 1800-an dalam Indrukken van een totok (1897).
Penjual kimlo
Buku tersebut mengungkapkan, Justus van Maurik merupakan pengusaha cerutu. Dia memakai waktunya untuk plesiran, bertemu seorang Tionghoa, penjual makanan keliling lezat dengan menggunakan pikulan.
“Makanan yang dijajakan disebut kimlo atau sop Cina. Makanan itu disajikan dengan mangkok dan sendok porselen berwarna biru yang dinikmati oleh para pembeli sambil jongkok dengan uang beberapa sen saja,” terangnya saat dihubungi Republika, pekan lalu.
Kemudian, Heri juga menemukan fakta di buku resep masakan Poetri Dapoer (1941) yang disusun perempuan Tionghoa bernama Lie Hiang Hwa. Buku lawas itu dikeluarkan oleh Penerbit Chen Company Solo.
Di situ, terdapat panduan cara memasak kimlo memakai wajan. Bahan-bahan dan bumbu-bumbunya antara lain, bawang merah, daging, garam, kecap, air, sohun, jamur kuping, kincam, udang basah atau ebi, kentang dan kubis.