Oleh: M Arfan Mu’ammar
Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor 2003 dan pegiat literasi
Acara kopdar Sahabat Pena Kita (SPK) di IAIN Tulungagung Jawa Timur begitu meriah. Di dalamnya terdapat tukar pikiran tentang pengalaman menulis yang unik.
Setelah itu, saya beserta Mas Charis Hidayat, Pak Bahrus Surur dan Bu Lina pulang bersama dalam satu mobil. Bu Lina turun di Braan Jombang dan Pak Bahrus Surur turun di Terminal Purabaya di Kota Pahlawan.
Di tengah perjalanan kami berencana mampir ke soto Pak Beno di Ngadiluwih Kediri. Ini adalah soto yang sangat legendaris dan laris di Kediri. Meski di sektitarnya ada banyak orang menjual sajian sama, orang-orang lebih memilih soto Pak Beno.
Namun, nasib belum baik. Sesampainya di sana, soto sudah habis. Kamipun terpaksa meneruskan perjalanan, sembari menahan lapar.
Tiba-tiba saya teringat Ayam Lodho Bu Titin. Makanan khas Tulungagung. Sekitar sebulan lalu saya pernah makan di tempat itu. Rasanya recomended banget. ‘Sebelas dua belas’ sama ayam lodho Pak Yusuf.
Mas Charis saya minta mencari lokasi ayam lodho Bu Titin cabang Kediri. Setelah lokasi didapat, kami langsung kesana sekitar 30 menit dari lokasi soto ayam pak Beno. Sesampainya di lokasi, kami menikmati sajian berempah tersebut.
Memang tidak salah, bahwa tempat ini recommended. Terlihat betapa lahapnya kami makan. Sampai-sampai piring Bu Lina dan Pak Bahrus Surur sangat bersih. Remah makanan Tak tersisa sedikitpun di piring.
Berkuah
Ayam ini dimasak dengan aneka rempah. Kaldu ayam menyatu dengan santan dan aneka rempah di dalamnya. Cobalah suir ayamnya. Campur dengan kuah dan nasi.
Lalu rasakan kenikmatannya. Saya yakin Anda akan terus mengunyah makanan ini lagi dan lagi. Satu kesan saya ketika menikmati sajian ini. Enak banget.
Setelah makan
Selepas makan. Mas Charis menyelesaikan administrasi di kasir. Lalu saya sengaja memesan ayam lodho satu ekor untuk dibawa pulang. Karena sejak tadi saya dapat WA dari istri “Yah jangan lupa dibungkuskan, satu ekor ya”.
Karena menunggu cukup lama, dan belum shalat Magrib, maka saya ke tempat shalat dulu. “Nanti saya ambil,” pesan saya kepada kasir.
Selesai shalat saya ngeluyur begitu saja menuju mobil lalu melanjutkan perjalanan. Sampai di Braan Jombang, Mas Charis membantu Bu Lina membawa barang bawaan yang cukup banyak, mencari Bus ke Yogyakarta.
Kebetulan didapat Bus Sumber Kencono yang kini bernama Sumber Selamat. Lalu bermetamorfosis lagi menjadi Sugeng Rahayu. Entah setelah ini berubah jadi apa lagi. hehe
Perjalanan kami lanjutkan menuju Surabaya. Mengantar Pak Bahrus Surur turun di Terminal Purabaya. Perjalanan cukup panjang. Dari Tulungagung ke Surabaya sekitar 4 jam. Tapi Pak Bahrus Surur masih butuh 5-6 jam lagi untuk sampai di Sumenep Madura.
“Hati-hati Pak Bahrus Surur, semoga selamat sampai tujuan”. Saya lalu pergi melanjutkan perjalanan ke Sepanjang menuju rumah Mas Charis, tidak jauh dari Terminal Purabaya.
Dari rumah Mas Charis, saya masih butuh 30 menit perjalanan ke rumah saya di Gresik lewat tol. Alhamdulillah sampai juga di rumah, setelah sekian jam perjalanan. Rupanya istri saya belum tidur.
Dia tampak senang melihat saya. Ketika saya masuk rumah, istri menyambutnya dengan senang dan tersenyum, seakan-akan ada yang ditunggu sejak tadi, lalu dia bertanya “Yah ayam lodhonya di mobil ta?”. Sudah tak sabar ingin makan.
“Astaghfirullahal ‘Adhim” responku sambil tepok jidat. “Tadi sudah saya pesankan, tapi belum saya ambil”, saya mencoba menjelaskan.
Kalau saya tadi di jalan menahan lapar sambil mencari ayam lodho bu Titin. Kini istri saya harus menahan lapar di atas kasur sambil menunggu terbitnya fajar.