Oleh Ririn Purwanti
Bagi kamu yang ingin mencoba hal baru dalam berwisata, yang ingin mencoba piknik antimainstream, cobalah mendaki gunung.
Jika kamu membayangkan mendaki gunung akan sangat berat dengan trek yang panjang dan sangat melelahkan, cobalah trekking Gunung Papandayan. Gunung ini sangat cocok buat kamu yang ingin berwisata gunung dan melakukan trekking tapi dengan trek yang ramah di kaki.
Gunung ini juga cocok untuk wisata keluarga, camping ceria, family gathering, bahkan untuk wisata edukasi.
Gunung Papandayan terletak di daerah Garut, Jawa Barat, tepatnya di daerah Cisurupan. Rute menuju ke sana sangat mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi, roda empat ataupun roda dua, maupun dengan kendaraan umum.
Akses jalannya pun sudah bagus, tak ada lagi jalan bolong-bolong seperti dulu.
Gunung Papandayan memiliki ketinggian 2.665 mdpl. Walaupun cukup tinggi (di atas ketinggian 2000), tenang saja, kamu tak harus jalan kaki di sepanjang jalurnya sebab aspal pada jalan yang lebar sudah terbentang mulus sampai ke tempat parkir yang hanya beberapa meter dari kawah.
Di tempat parkir sudah tersedia mushola, toilet, warung-warung, gazebo, juga penjual oleh-oleh atau cenderamata Papandayan.
Tempat parkirnya juga memadai untuk kendaraan besar dan kecil. Di area parkir, tidak jauh dari Pos Pendaftaran dan penitipan helm, terdapat gardu pandang yang bisa kamu naiki dan memungkinkanmu untuk melihat seluruh wilayah Papandayan dari ketinggian.
Tak jauh dari tempat parkir, terdapat area Kawah Papandayan yang masih mengepulkan asap keaktifannya. Di sini kamu disarankan untuk memakai masker penutup hidung karena bau belerangnya yang menyengat mungkin akan membuatmu tidak kuat bernapas.
Untuk mencapai kawah ini kamu harus berjalan kaki selama sekitar 10 menit menyusuri batuan bekas letusan Papandayan yang sudah disusun rapi. Jalurnya sudah enak sehingga tua maupun muda tidak akan kesulitan menempuh trek ini.
Treknya juga cukup landai dengan pemandangan tebing di sebelah kanan yang akan membuat kamu ingin berfoto berlatarkan tebing keren ini.
Di sebelah kiri jalur, sebuah sungai kecil memanjang mengalirkan air panas yang bersumber dari kawah. Kebelet pipis? Jangan khawatir, sekarang di sekitar kawah pun sudah dibangun toilet oleh pihak pengelola Gunung Papandayan.
Setelah puas menikmati kawah, kamu punya dua pilihan, lanjut trekking untuk menikmati pemandangan indah di Hutan Mati serta hamparan edelweis di Pondok Seladah dan Tegal Alun, atau turun kembali ke parkiran lalu melakukan alternatif wisata lain yang tersedia di sana semacam outbond atau menikmati kolam air panas.
Apabila kamu memutuskan untuk lanjut, apalagi kalau kamu sejak awal memang sudah mendaftar untuk camping (saat mendaftar di pos pendaftaran kamu akan ditanya apakah akan camping atau akan tektok alias naik langsung turun lagi tanpa camp), kamu akan mendapat dua pilihan jalur lagi.
Jalur yang pertama adalah jalur menanjak di samping area kawah yang langsung tembus ke Hutan Mati, sedangkan jalur kedua adalah jalur yang cenderung landai namun memutar jauh dan akan membuatmu melewati Pondok Seladah sebelum ke Hutan Mati.
Bagi yang ingin menikmati Papandayan lebih luas, sebaiknya ambil jalur yang memutar. Bagi yang ingin cepat sampai di Hutan Mati, silakan ambil sensasi menikmati tanjakan di bibir kawah. Manapun yang kamu pilih, semuanya akan menyuguhkan pemandangan yang menyehatkan mata.
Jika bermaksud camping, kamu sebaiknya camping di area Pondok Saladah. Selain tempatnya memang lapang, disediakan sebagai camping ground, di sini juga terdapat sumber air yang jernih.
Di sini juga sudah tersedia toilet, mushola, dan warung yang menyediakan aneka makanan, dari mulai mie rebus, nasi, seblak, hingga cilok. Jadi, tidak perlu khawatir jika kamu tak membawa peralatan masak untuk camping, asalkan bawa uang, kamu tak akan kelaparan.
Di area Pondok Seladah juga tumbuh pohon bunga edelweiss yang merupakan bunga khas gunung. Ini menjadi sesuatu yang menarik mengingat edelweiss yang disebut sebagai bunga abadi ini hanya tumbuh di gunung sehingga tidak semua orang dapat melihatnya secara langsung. Biasanya hanya orang yang mendaki gunung tinggi sajalah yang pernah berjumpa dengan bunga cantik ini.
Namun, kini siapapun dapat melihat edelweiss secara langsung dengan sedikit trekking di Gunung Papandayan. Hanya butuh berjalan kaki selama satu jam saja untuk mencapai tempat tumbuhnya berumpun-rumpun edelweiss ini. Tapi ingat kawan, jangan sekali-kali kamu memetik edelweiss ini meskipun ingin, biarkan dia tumbuh damai di habitatnya.
Setelah dari Pondok Seladah ataupun sebelum ke Pondok Seladah, kamu pasti melewati hutan mati. Hutan ini menghampar luas dengan tanah berlapis batuan kapur yang menyelaras indah.
Pohon-pohonnya yang hanya tinggal reranting kehitaman bekas kebakaran waktu meletusnya Papandayan justru menjadi harmoni yang sangat serasi dipadukan dengan cerahnya langit yang membiru dengan anggun.
Ditambah dengan tebing-tebingnya yang berupa batuan kapur yang sengaja diukir Tuhan secara spesial, membuat tempat ini menjadi spot paling menarik untuk berfoto.
Tak heran jika banyak pasangan yang melakukan foto prewedding di sini. Namun, sangat tidak disarankan alias tidak boleh kamu camping di area Hutan Mati. Mengapa? Terlalu berbahaya, kawan, sebab terlalu dekat dengan bibir kawah.
Nah, sekarang kebayang kan betapa indahnya Papandayan dan bisa menjadi wisata antimainstream buat kamu? Selain itu, tentu saja Papandayan juga bisa menjadi wisata edukasi buat anak-anak sekolah. Struktur gunung, tanah, kawah, sulfur, bisa menjadi bahan pelajaran untuk mata pelajaran Geografi.
Edelweis dan berbagai tumbuhan di sana sangat bagus untuk memperkaya pengetahuan IPA kamu.
Tempat ini juga sangat cocok untuk pelatihan dinamika kelompok serta pendidikan kepramukaan. Apalagi dilengkapi dengan tempat outbond, Papandayan menjadi cocok pula untuk wisata anak-anak sekaligus untuk melatih kepercayaan diri dan keberanian.
Bagi yang tidak ingin trekking apalagi camping di Pondok Seladah dan hanya ingin menikmati hawa dingin pegunungan untuk melepas kepenatan di kota, di area Papandayan juga sudah tersedia pondok-pondok cantik yang memang sengaja dibangun untuk peristirahatan keluarga. So, bisa banget kan Papandayan jadi wisata antimainstream buat kamu dan keluarga?
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…