Metamorfosis Rimba Itu Berjuluk Puncak 2000 Siosar

Bagikan

Oleh: Jendri Mamangkey

Masih terekam jelas peristiwa erupsi Sinabung yang menyembur ribuan permukiman dan lahan pertanian masyarakat di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Akibatnya pemerintah mempunyai tugas ekstra untuk menyediakan lahan permukiman dan budi daya pertanian bagi warga yang terdampak erupsi Gunung Sinabung.

Akhirnya hutan Siosar yang sudah lama tertidur pulas dibangunkan. Siosar berjarak kurang lebih 30 km dari kota Kabanjahe. Dengan perlahan pemerintah berhasil menyulap Siosar menjadi tempat yang indah dan siap dihuni.

Kini mata masyarakat disuguhkan dengan balutan aspal disepanjang perjalanan menanjak hingga puncak. Siosar bermetamorfosis menjadi miniatur surganya Tanah Karo, pemandangan serba hijau dan udaranya yang segar sangat memanjakan setiap pengunjung yang semata-mata hanya mampir.

Percayalah Siosar bukan hanya menjadi tempat persinggahan saja, kini lebih dari itu. Terbukti ketika penulis menelusuri sendiri yang namanya Siosar.

Dalam benak kita pasti hanya berdiri sebuah pemukiman biasa yang dikerumuni oleh masyarakat pasca bencana. Ternyata tidak, sehingga tulisan ini akan memberikan informasi seputar wilayah Siosar dari hilir ke hulu.

Darmawisata Hilir Siosar (Sebelum puncak 2000)

Menumpangi bus Almasar akan menibakan kita di Kabanjahe setelah 2.30 jam perjalanan. Setelah itu, dengan menempuh jarak kurang lebih 14 km menggunakan kendaraan motor dari Kabanjahe kita sudah sampai di daerah hilir Siosar. Apa yang menarik dari daerah hilir Siosar?

Identitas “Siosar” mulai terusik karena tawaran pesona alamnya. Pesona hilir Siosar terlebih dahulu memberikan ucapan selamat datang dengan suguhan tempat rekreasi yang menyenangkan.

Kebun Efi

 

Pertama-tama jika saudara bertamasya bertepatan dengan musim panen jeruk maka sepuasnya akan memetik buah jeruk. Begitu banyaknya jeruk harga yang diberikan pun murah meriah jadinya. Dan secara kebetulan juga buah jeruk ini dapat kita jumpai di sekitar kebun Efi. Kebun yang menjadi primadona masyarakat setempat.

Kebun Efi menjadi referensi perjalanan tamasya sebelum meet up bersama puncak 2000 Siosar. Agrowisatanya memanjakan mata. Warna-warni bunga menghujani tanah kebun Efi. Kebanyakan para traveler melangkahkan kaki untuk mengambil gambar ditengah-tengah kerumunan kembang.

Kebun Efi dibuka di atas lahan seluas 28 hektar, selain beraneka macam bunga di kebun Efi terdapat juga kebun organik, peternakan lebah, sapi dan kuda Selandia Baru. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari kebun Efi adalah edukasi budidaya lebah yang diinstruksikan langsung oleh Felix Zuhendri sang pemilik agrowisata kebun Efi.

Keelokan agrowisata kebun Efi, semakin complete dengan panorama Gunung Sinabung yang indah dilihat mata. Sejauh mata memandang, view Gunung Sinabung telah mencuri kepenatan pengunjung dari kesibukan dunia kerja diperkotaan.

Tidak hanya itu, apabila saudara ingin bertahan lama menghabiskan beberapa hari waktu liburan kebun Efi menyediakan alun-alun perkemahan dengan fasilitas lengkap. Yang saudara butuhkan hanyalah keputusan saja.

Darmawisata Hulu Siosar (Pintu masuk sampai Puncak 2000)

Menuju puncak 2000 Siosar, hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit dari kebun Efi. Tugu selamat datang bermotif atap rumah adat Karo siap dilewati.

Jalan beralaskan aspal ditambah lagi kelokan-kelokan membuat sepeda motor yang kami kendarai seolah-olah bergoyang “Maumere” ke kiri dan ke kanan menyelusuri jalan beraspal hitam nan mulus. Undangan angin segar yang menghempas wajah dan kulit menambah keseruan perjalanan, seakan lupa dengan perputaran waktu yang begitu cepat.

Jalan yang semula lurus sekejap berganti tanjakan menikung dan tidak terasa tanjakan tajam juga dilalui menambah kencangnya angin menyelimuti seluruh tubuh. Sebagai proteksinya, diharuskan menggunakan jaket berkulit tebal. Tidak sadar, ternyata angin memburamkan pemandangan perkebunan masyarakat yang indah dan tertata rapi.

Tanaman

Perkebunan ini merupakan salah satu program pemerintah pasca pembukaan hutan Siosar. Masyarakat diberikan tanggungjawab untuk mengelola lahan untuk ditanam tanaman yang menunjang perekonomian mereka kedepannya. Keindahan hamparan tanaman yang ditanam korban Sinabung menyenangkan jiwa ketika mata memandang.

Memang saat ini pembangunan sementara dilakukan, terlebih lagi untuk mengundang banyak wisatawan yang ingin menghabiskan waktunya di Siosar. Rumah makan dan kedai kopi menjadi andalan kedepannya. Terlihat ada beberapa kedai kopi yang berdiri, salah satunya kopi Mejuahjuah. Kata “Mejuahjuah” adalah bahasa Karo yang artinya damai dan sukacita buat kita semua.

Menurut cerita masyarakat setempat, kedepannya kedai kopi akan menjamur ditempat ini. Pasalnya tanaman kopi saat ini yang ditekuni masyarakat untuk mendatangkan penghasilan. Kebetulan di Tanah Karo ini juga terkenal dengan kopi Karonya.

Kopi khas Tanah karo ini tergolong jenis kopi arabika yang menghasilkan cita rasa khas dan aromanya wangi. Untuk lebih jelasnya saudara perlu menyisihkan waktu untuk datang ditempat ini langsung mencicipi keaslian kopi Tanah karo.

Memanjakan mata

 

Akhirnya, perjalanan berakhir di puncak 2000 Siosar. Pertama-tama kita akan disambut oleh beberapa kedai yang berjualan makanan/minuman dan tidak ketinggalan kopi sebagai andalannya.

Duduk menikmati secangkir kopi sembari memanjakan mata dengan panorama pemandangan luas beratapkan awan yang berdampingan langit biru. Suasana semakin memberikan kenangan yang mendalam ketika angin berdatangan menghampiri mengibas sisa-sisa debu selama perjalanan. Seketika ingin menetap saja di tempat ini.

Pemberian nama

Informasi tambahannya, histori dari pemberian nama puncak 2000 dikarenakan puncak berada pada ketinggian 2000 mdpl (Meter Di atas Permukaan Laut). Berkat ketinggiannya, dari puncak Siosar kita dapat memandang seantero permukiman dan hamparan perkebunan masyarakat.

Sayangnya, masyarakat masih minim pemahamannya terhadapa potensi pariwisata tempat ini karena fokus mereka hanya pada sektor pertanian saja. Namun, jika diperhatikan kesadaran masyarakat tumbuh seiring dengan kuantitas pengunjung ditempat ini.

Baru-baru ini penulis memperhatikan disepanjang perjalanan menuju puncak sudah berdiri beberapa cafe-cafe kopi Karo, sampai dipuncak sudah terlihat pembangunan cafe-cafe unik yang siap dijadikan tempat nongkrong dan santai. Hal ini menunjukkan keseriusan masyarakat untuk mengelola kawasan puncak sebagai daya tarik wisatawan masuk.

Gunung Sinabung

Dari puncak 2000 Siosar kita secara langsung memandang keindahan Gunung Sinabung yang berdampingan dengan Gunung Sibayak berdiri kokoh sebagai bagian identitas Tanah Karo. Bayang-bayang Sinabung tetap melekat dihati masyarakat yang tinggal di Siosar.

Untuk menambah keakraban masyarakat dengan Gunung Sinabung, maka dibentuklah replika Sinabung di atas dataran puncak Siosar. Ternyata replika ini menjadi daya pikat pengunjung untuk mengambil sejumlah dokumentasi foto yang seolah-olah berada dekat dengan Gunung Sinabung.

Dari isi dan klarifikasi di atas, maka penulis menyampaikan epilog bersifat persuasif bagi semua lapisan masyarakat untuk datang berkunjung ditempat ini, tempat yang tidak hanya mempertontonkan keindahan pemandangannya saja.

Budaya dan sosial sangat menarik dan terbuka lebar untuk dipelajari bersama, nantinya para pengunjung dapat memberikan masukan serta motivasi yang bertujuan agar masyarakat memiliki wawasan futuristik untuk membangun potensi wisata ditempat ini.