Mush’ab bin Umair, Sahabat Nabi yang Tampan dan Wangi

Mush'ab bin Umair

Bagikan

Mush’ab bin Umair merupakan sahabat Nabi yang tampan, selalu mengenakan pakaian yang mahal, selalu tampil wangi, membuat sahabat ini jadi bahan perbincangan para gadis.

Mush’ab bin Umair lahir dari keluarga terpandang, wajar bila kehidupan mewah sudah menjadi kebiasaan baginya sejak kecil. Kemewahan tersebut ia lakoni sebelum ia memeluk agama Islam.

Mulanya, ia mendengar kabar tentang Nabi Muhammad SAW, ia pun mulai penasaran dengan sosok Nabi yang sedang diperbincangkan banyak orang.

Akhir cerita, Mush’ab bin Umair berbegas menemui Nabi Muhammad di rumah salah satu lelaki bernama Arqam. Dari perjumpaan itu, Mush’ab banyak bertanya mengenai agama Islam. Dari situ, ia mulai tersentuh hatinya.

Tak lama setelah itu, ia pun memeluk Islam, namun keluarganya menentang, utamanya sang Ibu. Mush’ab mendapat hukuman dari Ibunya, yaitu disiksa dan dikurung. Meski begitu, ia tidak takut. Bahkan selalu berusaha membujuk ibunya agar turut masuk Islam.

Suatu hari, Mush’ab melihat ibunya sakit. Ternyata, sang ibu melakukan mogok makan. Hal itu dilakukannya agar Mush’ab meninggalkan Islam. Tapi, Mush’ab tidak gentar.

“Saya tidak akan meninggalkan Islam sama sekali,” katanya. Mendengar jawaban Mus’ab, sang ibu akhirnya mengusir Mush’ab. Sejak saat itu, tak ada lagi Mus’ab yang memakai baju mahal dan wangi. Untuk tetap hidup, Mus’ab menjual kayu bakar. Ia juga menjadi pengikut Rasulullah.

Mush’ab bin Umair dan Perang Uhud

Pada suatu hari, saat parang uhud berlangsung, Mush’ab yang saat itu ikut berjuang melawan kaum kafir, diserang musuh. Namun dengan gagah dan terus berjuang dengan keras dirinya mempertahankan bendara Islam.

Salah seorang Quraish berhasil menikam Mush’ab dengan tombak. Mush”ab pun meninggal dunia dalam keadaan syahid dalam perang tersebut.

Beberapa kali mengikuti perang, Mus’ab merupakan seorang prajurit yang tak pernah mendapatkan harta rampasan perang. Saat terbunuh di Perang Uhud, ia hanya menyisakan selembar baju lurik. Kain itu tidak begitu lebar.

Apabila kain itu ditutupkan ke kepalanya maka terlihatlah kedua kakinya. Jika kedua kakinya ditutup maka tampaklah sebagian kepalanya. Akhirnya, Rasulullah menyarankan agar kain lurik itu digunakan untuk menutup kepala Mush’ab.

Di bagian kaki yang masih terbuka, Rasul meminta agar ditutupi dengan tumbuh-tumbuhan idzkhir, yaitu tumbuh-tumbuhan yang berbau wangi.

Kisah tentang Mush’ab bin Umair begitu menyentuh hati para sahabat. Suatu hari sahabat Abdur Rahman bin ‘Auf ra diberi hidangan makanan. Nabi Muhammad bercerita tentang Mus’ab.