Nama Para Sahabat Nabi yang Berjasa Mencatat Firman Allah

Bagikan

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Wahyu itu diturunkan bertahap selama 23 tahun. Kitab suci umat Islam tersebut diturunkan sebagai pedoman hidup yang benar.

Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad langsung dihafalkan oleh para sahabat. Namun, dikhawatirkan nanti akan hilang, maka dilakukan pencatatan wahyu. Para sahabat Nabi lah yang bertugas mendokumentasikan firman Allah tersebut.

Dalam kitab Sirah Nabi Muhammad karangan Ibnu Katsir dijelaskan, para sahabat yang mencatat wahyu itu setidaknya berjumlah sepuluh orang.

Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Muawiyah bin Abi Sufyan, Muhammad bin Maslamah, al-Arqam bin Abil Arqam, Abban bin Sa’id bin al-Ash, dan saudaranya Khalid.

Namun, selain itu, ada pula Tsabit bin Qais, Hanzhalah bin ar-Rabi’ al-Usaid yang merupakan juru tulis, Khalid bin al-Walid, Abdullah bin al-Arqam, Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbihi, al-Ala bin Utbah, al-Mughirah bin Syu’bah, dan Syurahbil bin Hasanah.

Sejumlah nama sahabat tersebut di atas juga ada dalam kitab Tarikh Madinah Dimasq karangan Al Hafidz Abul Qasim. Dalam kitab itu bahkan diterangkan riwayat hidup mereka dengan cukup rinci.

Dalam bukunya, Abul Qasim juga menyebut mereka yang dimaksud dengan as-Sijill, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasai dari Ibnu Abbas bahwa Sijill yang menulis wahyu yang diberikan kepada Nabi.

Ini berkenaan dengan firman Allah dalam surat Al-Anbiyaa ayat 104:

يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِۗ كَمَا بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗۗ وَعْدًا عَلَيْنَاۗ اِنَّا كُنَّا فٰعِلِيْنَ

“(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Suatu) janji yang pasti Kami tepati; sungguh, Kami akan melaksanakannya.”

Ada juga yang berpendapat as-Sijill yang dimaksudkan adalah nama seorang juru tulis Rasulullah. Namun, hadits tersebut ditolak keshahihannya oleh al-Imam Abu Ja’far bin Jarir dalam Tafsirnya.

Dia menjelaskan tidak pernah dikenal ada seorang juru tulis Nabi yang bernama Sijill bahkan juga tidak dikenal di kalangan para sahabat.

Ibnu Katsir menegaskan banyak kalangan huffazh atau ahli hadits yang juga menolak pendapat tersebut. Dia telah merangkum masalah ini dalam sebuah pembahasan khusus. n Meiliza Laveda