Thaif menjadi titik kumpul jamaah haji dari berbagai negara. Mereka berkumpul bersama masyarakat setempat di Pasar Okaz pada bulan Dzulqa’dah.
Membaca puisi di Pasar Okaz
Di sana mereka berkerumun untuk menunjukkan kemampuan bersastra: membacakan syair-syair Arab di atas bebatuan raksasa.
Budaya seperti itu terekam dalam berbagai literatur sejarah Arab pra-Islam. Hingga kini, tradisi seperti itu masih ada.
Dipenuhi pedagang
Muslim dari berbagai daerah memadati Pasar Okaz. Area sekitar pasar dipenuhi pedagang. Ada yang menjual pakaian, kurma, penutup kepala, sorban, dan lainnya. Kalau masyarakat berkumpul di sana, para pedagang pasti berdatangan dari berbagai daerah.
Bangunan modern
Pasar yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 542-726 itu kini sudah direnovasi, dilengkapi bangunan megah dan stan kecil pedagang di beberapa titik. Kawasan yang terbentang luas itu dipagar dan dijaga aparat.
Pada hari-hari biasa, area tersebut tampak sepi. Bebatuan di sana menjadi tempat tinggal anjing liar. Sedangkan bangunan bertingkat di dalamnya dibiarkan tak berpenghuni.
Miqat Qarnul Manazil
Setelah bersastra, mereka berangkat menuju Qarnul Manazil, miqat yang tak pernah diperdebatkan.
Di saat sebagian ulama memperdebatkan kesaham berihram di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, mereka satu suara membenarkan miqat Qarnul Manazil yang sudah ada sejak sebelum Islam.
Thaif adalah kota yang terletak di dataran tinggi Arab Saudi. Pada masa jahiliyah, daerah itu adalah destinasi unggulan setelah Makkah. Di sana masyarakat menyembah berhala Latta.
Latta adalah tokoh masyarakat setempat yang dikenal dermawan. Dia kerap memberikan bekal roti kepada jamaah haji. Setelah meninggal dunia, masyarakat setempat mengunjungi makamnya. Lama kelamaan, mereka mengultuskannya dan menyembahnya.
Penulis: Abarahmasrina