Negara Arab Saudi dengan curah hujan hanya 100 milimeter per tahun membuatnya sebagai salah satu negara paling gersang di dunia. Untuk itu, Pemerintah setempat berencana membuat program hujan buatan.
Rencana membuat hujan buatan pada 2020 ini telah disetujui oleh pihak Kabinet Arab Saudi. Dengan program hujan buatan ini, dipercaya akan meningkatkan hingga 20 persen curah hujan.
Selanjutnya, Kementerian Lingkungan Hidup, Air dan Pertanian menyatakan bahwa pihaknya telah meninjau program serupa di negara lain. Peninjauan tersebut dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan pengalaman yang telah mereka lakukan dalam membuat rekayasa hujan.
Selain memang negara Arab adalah salah satu yang paling gersang di dunia, negara ini juga mengalami peningkatan populasi yang sangat signifikan.
Hal itu juga berimbas pada meningkatnya sektor energi, industri, pertambangan, transportasi, dan pertanian yang menghabiskan sekurangnya 24 miliar meter kubik per tahun.
Sementara itu, negara padang pasir ini telah melakukan desalinasi air laut sebanyak 2,7 miliar kubik air laut selama satu tahun, dilansir dari Arabnews, Kamis, 13 Februari 2020.
Selanjutnya, negara ini juga memenuhi kebutuhan airnya dengan memanfaatkan sumber air tanah sebanyak 80 hingga 85 persen. Sementara tingkat ekstraksi tersebut dinilai lebih besar daripada tingkat penggantian, mengingat curah hujan yang amat rendah.
Cara Arab Saudi Lakukan Rekayasa Hujan
Kementerian mengatakan program hujan buatan ini menargetkan jenis awan tertentu untuk merangsang curah hujan. Katalis ditaburkan, beberapa di antaranya alami, di awan-awan ini untuk melepaskan air sebanyak mungkin.
Kementerian menekankan bahwa hujan buatan ini tidak menciptakan awan. Namun sebaliknya, ia meningkatkan curah hujan dengan menyediakan inti kondensasi awan
Kerajaan mulai mempelajari hujan buatan pada 1976 bekerja sama dengan Organisasi Meteorologi Dunia. Sebuah perjanjian telah ditandatangani dengan Universitas Wyoming, di AS, untuk melakukan percobaan penyemaian awan pertama, yang berlangsung di Asir pada tahun 1990.
Eksperimen ini terus berlanjut di wilayah pusat Kerajaan, khususnya Riyadh, Qassim dan Hail, juga sebagai barat laut dan barat daya, dengan partisipasi sekelompok ilmuwan spesialis Saudi. Hasilnya membuktikan bahwa awan memiliki potensi penyemaian.