Oleh: Adhi Nugroho
Bertamasya memang menjadi kebutuhan bagi siapa saja. Apapun profesi kalian, tua maupun muda, tinggal di kota atau di desa, semua butuh tamasya. Selain mampu mengendurkan urat-urat yang terlanjur tegang dan kaku, bertamasya bisa memunculkan berbagai inspirasi baru.
Bagi kebanyakan orang yang tinggal di kota, bertamasya ke alam kerap menjadi pilihan utama. Wajar saja, karena setiap hari mereka bergelut dengan kemacetan, sumpek dengan udara yang tercemar, atau suntuk dengan rutinitas pekerjaan. Maka, tidak heran apabila wisata alam, seperti pantai dan gunung, tak pernah kehilangan pengunjung.
Nah, bagi kalian yang ingin menikmati pantai yang sepi dan unik, maka Pulau Pasir Timbul, patut kalian masukkan ke dalam daftar tujuan berlibur.
Berbeda dari pantai pada umumnya, pulau berpasir putih ini hanya timbul ketika laut sedang surut. Sebaliknya, tatkala laut pasang, maka ia langsung menyatu dengan hamparan laut Jawa.
Penasaran? Tenang, pelan-pelan saja. Akan saya kupas tuntas pada alinea-alinea berikutnya.
Bertolak Dari Pantai Sari Ringgung
Pulau Pasir Timbul terletak di Ringgung Pesawaran, Lampung. Tidak ada alamat yang lebih spesifik, sebab pulau ini laksana titik yang dikelilingi hamparan samudera. Bila kalian cek di peta, ia seperti pori-pori di kulit yang sulit terlihat mata.
Namun, jangan khawatir. Pulau Pasir Timbul bisa kalian kunjungi dengan menggunakan perahu kayu bermesin satu yang bertolak dari Pantai Sari Ringgung.
Pantai Sari Ringgung berjarak 1 jam dari pusat kota Bandar Lampung. Lokasinya tepat berada di Jalan Way Ratai kilometer 14 Desa Sidodadi, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Dari pusat kota, kalian bisa mengarahkan kemudi ke Jalan Way Ratai, menuju Kabupaten Pesawaran.
Sejujurnya, tidak sulit menemukan Pantai Sari Ringgung. Sebab, baliho berukuran besar di sebelah kiri akan menjadi penanda bagi kalian untuk menepi. Seperti yang bisa kalian lihat pada gambar di bawah ini.
Biaya masuk ke Pantai Sari Ringgung cukup terjangkau. Pengendara sepeda motor dikenakan biaya sebesar Rp4 ribu. Sedangkan untuk mobil dikenakan tarif Rp10 ribu.
Di sini, kalian bisa menyewa gazebo untuk bersantai di pinggi pantai. Harga sewanya Rp50 ribu. Supaya tambah puas, pesan juga kelapa muda yang banyak dijajakan pedagang di sekitar area.
Tepat di ujung pantai, kalian akan menemukan dermaga dengan puluhan perahu kecil yang berwarna biru. Perahu inilah yang akan kalian sewa untuk menyeberang ke Pulau Pasir Timbul.
Sebelum menyewa, ada satu hal yang harus kalian perhatikan. Harga sewa perahu di sini tidak terpampang seperti di restoran cepat saji. Maka, kalian harus pandai-pandai bernegosiasi dengan pemilik perahu.
Sebagai patokan, saya menyewa perahu dengan harga Rp300 ribu untuk paket seharian penuh. Artinya, selain Pulau Pasir Timbul, saya juga bisa mengunjungi Masjid Terapung, dan snorkeling sepuasnya. Lumayan, kan?
Singgah di Masjid Terapung
Sebelum sampai di Pulau Pasir Timbul, kalian akan melewati Masjid Al-Aminah. Masjid ini terbilang unik, karena ia adalah satu-satunya masjid di Lampung yang dibangun di atas laut. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pelancong yang melintas.
Masjid terapung diresmikan oleh Pemda Lampung sekitar 4 tahun yang lalu. Dindingnya berwarna putih dan kubahnya dikelir hijau. Pada keempat sisinya terdapat pelampung yang memastikan masjid senantiasa berdiri tegak di atas air.
Bagi umat muslim, masjid ini merupakan salah satu tempat ibadah yang menarik dikunjungi. Tidak hanya keunikan konsepnya saja, tetapi juga sebagai tempat untuk salat apabila waktu telah tiba.
Oleh karenanya, banyak umat muslim yang singgah sebentar untuk menunaikan ibadah salat di sana. Atau minimal sekadar memelankan laju perahu untuk mengabadikan gambarnya melalui kamera.
Setelah puas berfoto ria, maka selanjutnya kita akan menuju Pulau Pasir Timbul.
Tiba di Pulau Pasir Timbul
Jarak Pulau Pasir Timbul tidak begitu jauh dari masjid terapung. Hanya 10 menit saja. Hingga akhirnya, kalian akan merapat di dermaga kayu yang sederhana.
Di sana, ada deretan pondok terapung yang menjajakan mie instan, air mineral, dan kopi. Tempat singgah para pejalan untuk mengisi kembali tenaga yang hilang selepas menempuh perjalanan. Hingga akhirnya sampai di ujung dermaga.
Tepat di bibir dermaga, hembusan angin laut akan semakin terasa kencang. Mengobarkan bendera merah putih yang terpancang di tiang kayu. Mengapit papan berwarna putih bersih bertuliskan, “Pasir Timbul, Ringgung Pesawaran, Lampung.”
Jangan buang-buang waktu! Segera mainkan gaya di bawah papan nama. Sebab perpaduan antara papan putih, bendera merah putih, dermaga kayu sederhana, serta latar belakang lautan luas berwarna biru muda ini sangat cocok untuk diabadikan dan dipamerkan di media sosial.
Tapi, jangan dulu berpuas diri. Sebab masih banyak yang akan kalian nikmati.
Segera turuni tangga kayu yang berjumlah enam biji. Pijaklah kelembutan pasir putih dengan air setinggi mata kaki. Rasakan sensasi tersendiri ketika berjalan kaki di atas air menuju pusat pulau yang berukuran mungil.
Jangan malu-malu. Berlari di atas pasir putihnya juga tidak kalah seru. Sebab air akan bercipratan ke segala arah, membawa imajinasi kita seperti kembali ke masa kanak-kanak dahulu.
Jika kalian datang kemari, diamlah sejenak ketika sampai di tengah-tengah pulau. Rasakan sapuan ombak yang lembut membasahi kaki. Atau lembutnya butiran pasir yang berebut masuk ke sela-sela jari.
Nikmati pula birunya laut sejauh mata memandang. Lupakan sejenak tumpukan pekerjaan di kantor. Niscaya, jiwa dan raga akan kembali segar dan siap memulai segudang aktivitas baru.
Berdiri sendiri, kalian akan merasa seperti tenggelam dalam kebesaran Tuhan. Hanya ada dirimu, pulau mungil, dan lautan luas yang seakan tak bertepi.
Pulau Pasir Timbul memang layaknya sebuah titik yang muncul ke permukaan di antara luasnya samudera. Uniknya, ia hanya muncul ketika air laut sedang surut. Oleh karenanya, ada waktu-waktu tertentu bagi kita untuk mengunjunginya.
Pada umumnya Pulau Pasir Timbul hanya dapat dikunjungi saat siang sampai dengan sore hari. Di luar waktu tersebut, biasanya air laut sedang pasang. Sehingga kalian tidak akan bisa menikmati keindahannya pada saat itu.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…