Sejumlah rintangan menghadang saat Rasulullah SAW akan menuju ke Kota Madinah. Rintangan terus datang, juga kepada para sahabat Nabi Muhammad.
Dalam karya Fir’adi Nasruddin berjudul Sirah Nabawiyah menuturkan bahwa para sahabat Nabi diperbolehkan untuk melangsungkan hijrah setelah baiat ‘aqabah kedua dilakukan.
Izin Rasul itu lantaran siksaan yang harus diterima oleh para sahabat Nabi sudah tak terhankan lagi. Siksaan dari kaum Quraish yang musyrik itu datang terus-menerus.
Salah satu sahabat yang bernama Shuaib ar-Rumy RA hendak berhijrah sambil membawa semua harta bendanya, namun kaum musyrik melarangnya.
Kaum musyrik Quraish mengatakan bahwa dulunya kau datang dengan hina dan miskin, setelah kaya raya kau mau meninggalkan Mekkah.
“Dan sekarang kamu hendak keluar meninggalkan Makkah dengan hartamu?, Jangan bermimpi, hal ini tidak boleh terjadi,” kata kaum kafir Quraish.
Mendengar larangan tersebut, Shuhaib tidak segan meninggalkan harta bendanya yang dianggap menghalangi dirinya untuk berhijrah ke tempat yang membuatnya bebas beribadah.
“Kalau sekiranya aku tinggalkan hartaku untuk kalian apakah aku dibiarkan pergi?”
Sahabat Nabi yang Ikhlas
Kaum kafir Quraisy yang gila harta, tak memperdulikan sama sekali hijrah seseorang, yang mereka harapkan hanyalah harta benda dan kenikmatan dunia. Mereka menjawab, “Tentu saja.”
Bagi Shuhaib, pilihan untuk meninggalkan harta, benda serta kekayaan tidak pernah menjadi beban bagi hidupnya. Sebab yang menjadi beban adalah jika tidak bisa menjalankan ibadah dengan sepenuh hati lantaran dihalangi oleh kaum kafir.
Shuhaib pun langsun gmemberikan semua harta bendanya dengan penuh lapang dada. Baginya, harta dan kekayaan bisa dicari, kekayaan bisa didapat di lain waktu, tapi ibadah dengan khusyu’ tidak bisa ditukar dengan apapun.
Lalu Shuhaib memberikan seluruh hartanya kepada mereka. Dan selanjutnya dia berlalu dari hadapan mereka untuk melanjutkan hijrah ke Madinah.
Setelah Nabi SAW mendengar kisahnya, beliau pun langsung memberi tahu bahwa Shuhaib mendapat keuntungan yang besar atas sikapnya itu. Beliau bersabda, “Keuntungan yang besar bagi Shuhaib. Keuntungan yang besar bagi Shuhaib.”