Yuli Susanti (Yogyakarta)
Kabupaten Gunung kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki banyak objek wisata, dari Gunung Api Purba, Pantai serta Goa bawah tanah yang dijadikan objek wisata.
Di sepanjang Gunung Kidul, ada lebih dari 15 pantai yang mempunyai ciri khas masing-masing. Salah satunya pantai Ngobaran, pantai yang memiliki keunikan tersendiri dengan perpaduan pesona alam dan budayanya.
Pantai Ngaboran terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari. Jika menggunakan kendaraan bermotor, jarak tempuh dari pusat kota Yogyakarta sekitar 54 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam.
Pantai yang menyajikan keindahan alam yang indah dengan adanya barisan tebing tinggi, batu karang beserta alga (rumput laut), deretan pohon pandan laut, gulungan ombak, hamparan pasir putih.
Keunikan lainnya, Pantai Ngaboran terdapat beberapa patung kejawan, gapura khas Hindu dan Budha, dan mesjid yang cukup sederhana. Panorama dan struktur pantai Ngobaran sering disandingkan dengan pesona bahari di Bali. Selain itu, kita juga akan banyak belajar tentang makna keberagaman budaya.
Keragaman budaya dapat dilihat dengan adanya deretan rumah ibadah dari agama yang berbeda-beda dan berdiri berdekatan. Pantai Ngobaran dikenal sebagai tempat ritual penganut agama dan kepercayaan tertentu yaitu Kejawan, Hindu, Budha dan Islam. Apakah itu mencerminkan bentuk multikulturalisme?
Adanya cerita mitos masyarakat sekitar, Pantai Ngobaran berkaitan erat dengan masa kerajaan majapahit. Hal tersebut, menjadi daya menarik perhatian pengunjung untuk datang ke Pantai Ngobaran. Pada tahun 2013, di kawasan Pantai Ngobaran berdiri sebuah prasasti berupa gapura dan patung-patung dewa khas Hindu dan Budha untuk memperingati kehadiran keturunan Raja Prabu Brawijaya.
Disebelah kiri Prasasti, terdapat joglo yang merupakan tempat ibadah aliran kejawan. Di depan joglo juga terdapat sebuah kotak batu yang dikenal sebagai pura segara wukir. Pura tersebut dipercaya sebagai tempat Prabu Brawijaya melakukan ritual muksa.
Prabu Brawijaya merupakan keturunan terakhir Kerajaan Majapahit. Mitos yang beredar di sebagian masyarakat sekitar, Pantai Ngobaran merupakan tempat pelarian Prabu Brawijaya dari istana bersama 2 istrinya yaitu Bondang Surati (istri pertama) dan Dewi Lowati (istri kedua).
Prabu Brawijaya menghindar dari peperangan, karena peperangan itu melibatkan dirinya dengan putranya sendiri, yaitu Raden Patah pemimpin Kerajaan Demak. Perang antara ayah dan anak terjadi karena Prabu Brawijaya tidak setuju anaknya memeluk dan menyebarkan ajaran agama Islam. Prabu Brawijaya sendiri menganut kepercayaan Kejawan.
Sesampai di pantai Ngobaran, Prabu Brawijaya tidak menemukan jalan keluar atau jalan buntu, karena dikejar oleh utusan Raden Patah, Prabu Brawijaya memutuskan melakukan ritual muksa (wafat), yaitu membakar diri sendiri dengan kobaran api yang besar. Oleh sebab itu, pantai ini dinamai Pantai Ngobaran.
Cerita tersebut masih simpang siur dengan adanya sebagian masyarakat berpendapat lain, yaitu ada seorang warga yang menyaksikan bahwa yang tercebur kedalam api adalah anjing peliharaannya. Dibuktikan dengan ditemukannya petilasan berupa tulang sisa kobaran api tersebut bukan tulang manusia, tetapi tulang anjing.
Dalam versi lainnya, Prabu Brawijaya melakukan muksa dengan menghilang ke Puncak Gunung Lawu untuk mengasingkan diri. Disana Prabu Brawijaya pun musnah bersama dua prajuritnya, menandakan masa kerajaan majapahit pun berakhir.
Namun, kebenaran cerita-cerita tersebut masih diragukan oleh para ahli sejarah karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menguatkan dugaan tersebut.
Pura yang terdapat di pantai Ngobaran, digunakan oleh masyarakat sekitar yang menganut kepercayaan Kejawan dan Umat Hindu yang berada di Kabupaten Gunung Kidul untuk melakukan persembahyangan.
Bagi umat Hindu, pura sebagai tempat upacara galungan dan melasti (labuhan suci) saat menjelang hari raya Nyepi untuk melakukan sembahyangan di tepi pantai. Bertujuan untuk mensucikan diri dari segala perbuatan buruk di masa lalu dan membuangnya ke laut.
Sedangkan bagi penganut kepercayaan aliran kejawan, yaitu aliran peninggalan Prabu Brawijaya sering mengadakan upacara ritual setiap malam selasa dan jumat. Penganut ajaran kejawan biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan ibadah).
Di sebelah selatan pura, terdapat sebuah masjid berlantaikan pasir pantai. Uniknya, masjid ini menghadap ke arah selatan (laut). Namun, masyarakat sekitar yang melakukan sholat tetap menghadap ke arah barat (arah kiblat/ Kabah) dengan adanya tanda tulisan pensil di dalam masjid.
Jika kita ambil kesimpulan, Pantai Ngobaran ini memiliki simbol toleransi yang tinggi. Walaupun berbeda agama, bahkan bisa dikatakan bertentangan, tetapi para pemeluk agama bisa melakukan ibadah dengan damai dan berdampingan.
Selain keindahan budaya, Pantai Ngobaran juga mempunyai keindahan alam yang eksotik. Kalau air laut surut, kita akan menemui hamparan alga (rumput laut) berwarna hijau maupun coklat yang tumbuh di sela-sela batu karang, tampak seperti sawah. Selain itu, juga terdapat puluhan jenis binatang laut. Untuk mencapai bibir pantai kita harus menuruni 20 anak tangga.
Bila berkunjung ke Pantai Ngobaran saat air laut sedang surut yaitu sekitar pukul 06.00 -11.00 pagi hari, sejumlah masyarakat terlihat sedang mencari karangan atau rumput laut yang selanjutnya dijual kepada tengkulak.
Jika berkunjung pada sore hari, maka akan terlihat aktivitas nelayan yang sedang mencari biota laut seperti landak laut, bintang laut, lobster dan kerang. Biota laut tersebut banyak ditemukan di cekungan-cekungan yang berada di sela-sela batu karang.
Sayangnya, di Pantai Ngobaran pengunjung tidak bisa bermain air, karena pantainya memiliki ombak yang besar dan terdiri dari tebing-tebing dan bebatuan karang yang sekilas seperti di Tanah Lot.
Salah satu menu khas yang tersedia di warung-warung makan Pantai Ngobaran adalah landak goreng. Menu tersebut merupakan sajian yang ekstrem, dijamin tidak akan melupakan pengalaman menyantap landak laut di Pantai Ngobaran.
Pantai Ngobaran tidak hanya menawarkan pesona alam berbalut mistis, kamu juga bisa menikmati keberagaman budaya, agama, serta kuliner yang unik.