Raja Abrahah Menyerbu Mekkah dan Tahun Kelahiran Rasulullah

Raja Abrahah

Bagikan

Raja Abrahah, pemimpin vassal di Yaman. Vassal itu adalah bagian dari Najasyi (Negus), Arabia Selatan, masuk wilayah Kerajaan Habsyi. Ada pun Kerajaan Habsyi di Tanah Arab bagian selatan, menganut agama Nasrani.

Raja Abrahah loyal kepada baginda di Habsyi. Demi menunjukkan hormatnya kepada sang baginda, raja Abrahah mendirikan sebuah gereja di Shan’aa.

Gereja yang sangat indah tiada bandingnya semasa itu, diberi nama Qullais. Nun di lubuk hati Abrahah, ia ingin orang-orang Arab yang selama itu beribadah suci ke Mekkah, bakal berpaling ke bangunan megah yang ia dirikan.

Pada masa-masa itu pula, seorang pemuda di Mekkah, namanya Abdullah, telah berusia dua puluh empat tahun. Sudah lebih dari cukup usianya untuk menikah.

Maka ayahnya, Abdul Muthalib, memilihkan seorang perempuan sholehah. Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhra namanya, sebagai bakal calon istri anaknya.

Aminah berasal dari keluarga terhormat, dan usianya tidak selisih jauh dengan umur Abdullah. Tak lama setelah melamar sang gadis, maka Abdullah dan Aminah menikah.

Sesuai adat masyarakat Arab zaman itu, pengantin baru tinggal di rumah keluarga pengantin putri selama tiga hari.

Setelahnya, pasangan pengantin baru ini tinggal di keluarga Abdul Muthalib di Mekkah, hingga tiba saatnya Abdullah harus pergi berniaga bersama para kafilah dagang menuju negeri Syam. Sedangkan Aminah tetap di Mekkah.

Adabnya perniagaan ke Syam masa itu, dilakukan dalam jangka waktu lama. Sebab para kafilah dagang ini harus singgah di banyak kota yang dilewatinya. Abdullah saat itu belum tahu, bahwa istrinya sedang mengandung anak pertama mereka.

Setelah menempuh perjalanan jauh, Dalam perjalanan pulang rombongan para saudagar tadi menuju Mekkah, Abdullah singgah ke tempat kerabat ibunya di Yatsrib.

Ia terlalu letih untuk melanjutkan perjalanan pulang, malah jatuh sakit dan dirawat di Yatsrib. Sedangkan rombongan kafilah dagang itu pulang duluan ke Makkah.

Mendengar kabar sakitnya Abdullah, sang mertua yakni Abdul Muthalib, segera mengutus anak sulungnya yang bernama Harith, untuk melihat kondisi sang menantu.

Namun takdir menentukan lain. Penantian Aminah yang kandungannya makin membesar, tak berujung pertemuan dengan suami tercinta.

Sebab setibanya Harith di Yatsrib Madinah, Abdullah suami Aminah telah meninggal dunia. Almarhum Abdullah telah dimakamkan di kota tersebut.

Raja Abrahah Menyelesaikan Bangunan Megahnya

Semasa itu, bangunan suci persembahan Abrahah yang bernama Qullais, telah selesai dibangun. Maka Abrahah mengirim berita kepada Baginda di kerajaan pusat, “Telah aku dirikan sebuah gereja, Ya Tuanku.

Dan aku percaya, belumlah ada raja-raja sebelum Tuanku, mampu mendirikan gereja semegah ini. Akan kubuat orang-orang Arab yang selama ini beribadah suci ke Mekkah, untuk berpaling ke bangunan megah yang aku dirikan.”

Berita tentang isi surat ini sampai ke telinga bangsa Arab, dan timbul murka di kalangan para pemuka. Salah satunya, menurut Ibnu Hisyam, adalah kabilah Bani Faqim bin Adiy.

Ketika tiba utusan Abrahah yang dikirim untuk mengantar surat menghadap Bani Kinanah, berbuah tragedi. Pembawa surat berisi ajakan beribadah ke Qullais itu tewas, karena para kabilah tersinggung.

Merasa diremehkan karena sikap kaum yang membunuh utusannya, murka dan sakit hatilah raja Abrahah. Maka disuruhnya tentera Habsyi bersiap berangkat menuju ke Mekkah, untuk menghancurkan Ka’bah.

Raja Abrahah memimpin sendiri pasukan tersebut. Di garis terdepan, ia tampil sambil mengendarai seekor gajah bernama Mahmud.