“Rambu Solo” Potret Keunikan Budaya di Tana Toraja

Bagikan

Oleh: Akbar Tanjung, SM

Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan. Letaknya sekitar 400 km dari kota Makassar dengan jarak tempuh 7 hingga 8 jam (jalur darat). Daerah ini dikenal sebagai kota yang indah dan unik. Indah dengan pemandangan alamnya serta unik dengan kehidupan masyarakatnya.

Keindahan dan keunikan Tana Toraja menjadikan daerah ini sebagai tujuan pariwisata. Beragam destinasi wisata dimiliki Tana Toraja, mulai dari wisata alam, wisata sejarah, wisata kuliner, wisata religi hingga wisata budaya. Salah satu destinasi wisata Tana Toraja yang banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah wisata budaya.

Jika berkunjung ke Tana Toraja, wisatawan akan menemukan berbagai aktivitas unik dan menarik. Ini tidak terlepas dari tradisi masyarakat setempat yang menjungjung tinggi nilai kedaerahan. Tradisi yang dimiliki masyarakat setempat membuat banyak masyarakat luar daerah yang penasaran untuk berkunjung ke Tana Toraja. Rambu Solo, menjadi satu dari berbagai tradisi unik dan menarik di Tana Toraja.

Rambu Solo adalah upacara kematian yang dilakukan oleh masyarakat Toraja yang bertujuan untuk menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh. Secara harfiah, Rambu Solo berarti asap yang turun ke bawah. Asap yang arahnya ke bawah artinya ritus-ritus persembahan untuk orang mati yang dilaksanakan sesudah pukul 12 ketika matahari mulai bergerak menurun (Wikipedia).

Tradisi Rambu Solo dilakukan sebagai bentuk penghormatan. Rambu Solo dikenal juga sebagai upacara penyempurnaan kematian artinya orang benar-benar dikatakan meninggal dunia apabila telah melewati serangkaian upacara Rambu Solo. Jika pihak keluarga belum melakukan upacara ini, maka orang tersebut dianggap sebagai orang sakit atau lemah.

Tradisi Rambu Solo dilakukan melalui dua tahapan besar. Pertama, upacara dilaksanakan di halaman rumah yang meninggal dunia. Pada tahap ini, jenazah akan dipindahkan dari tempat semula ke kotak jenazah. Tahapan kedua, upacara dilaksanakan di lapangan besar dengan mengarak jenazah dari rumah duka ke lapangan. Setelah melewati kedua tahapan ini, jenazah dianggap telah dimakamkan dengan sempurna.

Tahapan upacara Rambu Solo memiliki daya tarik tersendiri sehingga banyak masyarakat yang ingin menyaksikan, baik sebagai tamu maupun wisatawan. Wisatawan tidak hanya datang dari luar daerah saja tapi juga dari mancanegara. Pada upacara Rambu Solo berbagai prosesi dan atraksi yang dipersembahkan. Atraksi inilah yang banyak menarik wisatawan untuk berkunjung ke Tana Toraja.

Prosesi dan atraksi dalam pelaksanaan upacara Rambu Solo, dimulai dari ma’tudan mebalun (pembungkusan jasad), mangrui’ batu (proses penarikan batu), hingga mengusung jenazah ke tempat peristirahatan (liang atau patene). Selain itu, ada beberapa prosesi dan atraksi yang paling dinanti oleh pengunjung (tamu dan wisatawan) diantaranya:

  1. Ma’Pasa’ Tedong, yaitu mengumpulkan semua kerbau yang akan dipotong kemudian diarak keliling. Selanjutnya, kerbau-kerbau tersebut diadu. Proses ini banyak menarik perhatian tamu dan wisatawan karena terdapat pertunjukan yang unik, menarik dan tentunya sedikit menakutkan.
  2. Ma’Badong, yaitu melakukan tari-tarian dan nyanyian yang berisi syair dukacita. Tarian ini dilakukan berkelompok oleh pria dan wanita dengan cara membentuk lingkaran besar dan bergerak sambil bernyanyi. Pada saat ma’badong, semua anggota tubuh digerakkan seperti menggerakkan kepala ke depan dan ke belakang, bahu maju-mundur dan ke kiri-ke kanan, sementara kedua lengan diayunkan serentak ke depan dan belakang, tangan saling bergandengan serta kaki disepakkan ke depan dan belakang secara bergantian.
  3. Ma’Dondi, yaitu melakukan tari-tarian sambil bernyanyi. Atraksi ini hampir sama dengan ma’badong. Bedanya, ma’badong dilakukan dengan cara membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan, sementara ma’dondi hanya dilakukan dengan cara duduk di tempat.
  4. Ma’Randing, yaitu melakukan tarian berupa tarian perang atau prajurit. Tarian ini menggambarkan keberanian almarhum semasa hidupnya. Ma’randing dilakukan dengan berbagai atribut seperti tombak, ekor kuda, taring, bulu ayam jantan, baju dan celana dari kain tenun Toraja serta tanduk yang terbuat dari seng. Setiap atribut yang digunakan memiliki filosofi tersendiri. Selain atribut yang memiliki filosofi, gerakan-gerakan yang ditampilkan memiliki makna tersendiri.
  5. Ma’Lambuk, yaitu kegiatan menumbuk padi di dalam lesung kayu. Kegiatan ini cukup menarik perhatian para pengunjung, karena tumbukan tersebut menghasilkan irama yang indah dan menakjubkan.
  6. Mantunu Tedong, yaitu kegiatan penyembelihan kerbau sebagai hewan kurban. Kegiatan ini terbilang menakutkan, yang mana kerbau tersebut disembelih dengan cara ditebas pada leher kerbau hanya dengan sekali tebasan. Bisa dibayangkan betapa mengerikannya kegiatan ini. Kegiatan ini pula banyak menghabiskan biaya karena kerbau yang disembelih bukan kerbau biasa, melainkan kerbau belang yang harganya mencapai ratusan juta per ekornya. Jumlah kerbau dan sapi yang disembelih tergantung dari kasta setiap keluarga, semakin tinggi kastanya maka jumlah kerbau dan sapi yang disembelih semakin banyak.

Itulah beberapa prosesi dan atraksi pada pelaksanaan upacara Rambu Solo. Sebenarnya, masih banyak lagi prosesi Rambu Solo, namun keenam atraksi di atas yang paling dinanti oleh pengunjung. Keunikan tradisi di Tana Toraja ini banyak menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Nah, bagi yang masih penasaran dengan Rambu Solo, kalian bisa berkunjung langsung ke Tana Toraja. Biasanya puncak kegaiatan Rambu Solo dilaksanakan pada pertengahan tahun yaitu antara bulan Juli dan Agustus. Tapi tidak menutut kemungkinan di bulan lainnya juga dilaksanakan. Kegiatan Rambu Solo ini sudah menjadi salah satu destinasi wisata budaya di Indonesia, khususnya kabupaten Tana Toraja.