Kita kadang bertanya, apa yang dirasakan oleh orang dibelahan dunia lain? Kali ini tfanews.com akan memberitahu traveler kehidupan di 5 negara tercerah dunia.
Bicara tentang matahari yang bersinar sepanjang tahun, mungkin akan langsung ingat dengan Indonesia. Tapi Indonesia bukanlah nomor teratas, karena masih punya musim hujan yang juga rutin.
Tfanews.com menghimpun 5 negara yang masuk dalam kategori tercerah dunia dari BBC, Kamis (20/6/2019). Ada yang berbeda dari perilaku masyarakat ini. Mereka hidup dengan lebih bergairah dan bahagia.
1. Phoenix, Arizona
Inilah Kota Phoenix di Arizona, Amerika Serikat. Kota ini memiliki hari yang terus cerah sepanjang tahun dibanding kota-kota lain di dunia.
Masyarakat di kota ini mengaku memiliki perngaruh suasana hati dengan banyaknya matahari yang dirasakan. Kalau hujan, rasanya hati jadi melankolis dan tertutup.
“Saya tidak memiliki gambaran bahwa matahari sangat berdampak pada suasana hati saya sampai saya belajar di luar negeri selama satu tahun di Bergen, Norwegia, yang secara tak sengaja, merupakan salah satu tempat yang paling sering terkena hujan di dunia,” kata Catherine Capozzi, seorang penduduk yang lama tinggai di Phoenix.
“Saya merasa lebih tertutup dan melankonis, tetapi tidak mengetahui kenapa itu bisa terjadi. Bahkan sampai saat ini, hanya terjadi hujan selama satu hari dapat menurunkan energi saya,” tambah Capozzi.
Saat matahari bersinar cerah, langit Phoenix akan terlihat biru. Pemandangan dari ketinggian akan membawa traveler melihat lanskap kota ini yang terlihat jelas.
“Mereka yang terus jatuh cinta dengan terik matahari, cuaca musim dingin yang fantastis, makanan Meksiko yang luar biasa, orang-orang yang ramah, dan standar hidup yang sangat murah,” kata Capozzi.
2. Darwin, Australia
Sebenarnya Darwin masih kurang cerah dibandingkan Tennant Creek dan Alice Spring. Dari lamanya penyinaran matahari, Alice Spring mendapat penyinaran sebanyak 3.500 jam, Tennant Creek mendapat 3.569 jam dan Darwin 3.097 jam.
Namun, di Kota Darwinlah timbul gaya hidup santai. Kalimat ekspresi yang akan sering traveler dengar adalah ‘tidak perlu khawatir’,’it’s easy’, dan ‘dia akan baik-baik saja teman’.
“Ini menunjukkan bahwa gaya hidup santai di Darwin di mana tidak banyak masalah dan orang-orang tidak khawatir mengenai sesuatu yang tidak terlalu penting,” jelas Rick Delander, pemandu wisata senior yang bekerja untuk Adventure Tours and Intrepid Travel.
Matahari akan bersinar cerah selama sekitar 8 bulan. Dimulai dari bulan November, Darwin akan mulai hujan dan masyarakat kurang suka kalau terlalu sering hujan.
Musim hujan juga dikenal sebagai musim yang bodoh, di mana beberapa orang setempat mengenalnya sebagai sebuah kegilaan tropikal,” jelas Delander.
Cuaca yang sangat panas dan kelembaban dapat meningkatkan stres dan ketegangan, tetapi begitu hujan tiba “Setiap orang kembali ke gaya hidup normal yang harmonis.”
3. Nizwa, Oman
Oman adalah kota di Semenanjung Arab. Masyarakatnya memiliki ciri yang riang dalam hidup.
“Warga Oman sangat baik dan dengan senang hati menerima wisatawan. Sebagai wilayah dengan agama konservatif, Muslim (di Oman) sering berjemur, dan semuanya menjadi Inshallah. Tetapi lebih tampak sebagai cara untuk menyatakan, apa yang akan terjadi terjadilah dan saya tidak akan khawatir tentang itu,” KATA ekspatriat Nicole Brewer, yang bekerja sebagai guru di Nizwa.
Cerah sepanjang tahun membuat traveler lebih mudah dalam menjelajahi sudut-sudut Kota Nizwa. Salah satu destinasi terbaik di kota ini adalah Jabal Akhdar.
Jabal Akhdar adalah gunung yang terletak sekitar 60 km di utara Nizwa. Tingginya 2.000 meter di atas permukaan laut. Kebanyakan wisatawan datang untuk mendaki dan berkemah.
Selain Gunung Jabal Akhdar, ada pasar Arab yang menjadi area belanja terbuka. Kebanyakan pedagang menjual perak lokal dan tembikar.
Karena lama terpapar matahari, kota ini sangat bahagia ketika hujan turun. Hujan yang turun setelah panas yang berhari-hari membuat bau tanah begitu menyenangkan untuk dihirup.
“Baru hari ini kami mendapatkan sedikit hujan dan murid saya tidak sabar untuk keluar kelas, jadi mereka dapat menikmati langit berawan dan rintik hujan,” kata Brewer.
“Sangat terlihat bagaimana mereka amat gembira karena hujan dan awan.” tambahnya.
4. Amman, Yordania
Selanjutanya adalah Kota Amman di Yordania. Meski di tengah musim dingin, masyarakat Amman tetap melanjutkan aktivitas di luar ruangan. Karena selama matahari bersinar, maka gaya hidup di luar ruangan sangat normal dilakukan.
“Cuaca mendorong saya untuk berlari dengan kaki saya,” kata Ghada El Kurd, seorang direktur pengembangan strategis pada Jawsaq Media and Art Production, yang aslinya berasal dari Palestina tetapi sekarang tinggal di ibukota dan kota di Yordania yang terkenal, Amman.
“Terutama saat akhir pekan, banyak orang berpiknik dengan keluarga atau mendaki,” tambah El Kurd.
Kesempatan untuk tetap beraktivitas di luar ruangan menjadi kebahagiaan bagi orang yang tinggal di kota ini.
Masyarakat di Kota Amman dinilai ramah dalam berbicara dengan wisatawan. Kamu bisa mencoba untuk menikmati kota ini lewat warga lokalnya.
5. Johannesburg, Afrika Selatan
Beralih ke Afrika Selatan, ada Kota Johannesburg yang memiliki matahari sepanjang tahun. Biar demikian, kota ini menjadi yang tersejuk di Afrika Selatan.
“Sangat jarang menjadi sangat, hmm, segalanya… dingin, basah, panas,” kata penduduk asli Afrika Selatan, Jean Barnard.
Bahkan menurut pengakuan Barnard hujan selama 3 hari adalah kesempatan langka untuk dilihat. Nampaknya kota ini benar-benar kaya dengan sinar matahari.
Dari cuaca yang bagus, mempengaruhi perilaku dari penduduk Johannesburg. Penduduknya suka menghabiskan waktu di luar ruangan.
Aktivitas yang dilakukan pun bermacam-macam. Mulai dari barbeques, makan di luar, dan yang paling populer adalah berenang.
Bisa dibilang penduduk di kota ini lebih terbuka dengan orang asing. Memulai percakapan dengan penduduk lokal akan membuat wisatawan melihat sisi lain dari Johannesburg.