Memasak steak bisa dikatakan mudah-mudah susah. Mudah karena tidak membutuhkan bahan yang banyak, susah karena menentukan tingkat kematangan yang tepat agar tidak merusak tekstur.
Kematangan steak terbagi menjadi rare, medium rare, medium, medium well, dan well done. Ketika daging masih berwarna merah tua hampir di seluruh bagian, ini disebut rare. Sedangkan ketika merah tua berada di tengah bagian merupakan tingkat medium well.
Untuk medium, daging berwarna merah muda di bagian tengah, dan medium well bagian tengah daging sudha berwarna kecoklatan sedikit merah mudah. Well done ketika daging benar-benar matang dengan warna coklat tanpa ada nya warna kemerahan.
“Kalau preferensi pribadi sih aku lebih baik medium, ini tingkat kematangan yang bisa merasakan tekstur dagingnya,” ujar pengamat kuliner Kevindra Soemantri.
Karakter khas
Setiap potongan daging sapi untuk steak memiliki karakter yang khas. Dengan pemilihan tingkat kematangan yang tepat makan hidangan steak ini akan sangat lezat karena bisa merasakan serat dan kekhasan potongan daging.
Potongan daging yang dapat digunakan adalah ribeye, T-bone, sirloin, dan tenderloin. Ketika potongan daging yang sudah khas ini dimasak terlalu matang bahkan sangat matang maka kekhasannya akan hilang.
Penulis buku Top Tables: A Food Traveler’s Companion edisi Jakarta menjelaskan, memang masyarakat Indonesia masih terbiasa memakan steak dengan tingkat kematangan well done. Alasannya karena tingkat kematangan di bawahnya masih terdapat darah yang keluar.
Cairan berwarna merah muda yang keluar dari steak bukan darah. Menurut Kevin, cairan yang disebut juicy ini merupakan hasil dari zat besi yang terkena oksigen setelah proses pembakaran.