Oleh : Annisa Akhyari, S.Pd.
Pasir yang putih, laut yang biru, karang yang indah, dan pohon kelapa yang melambai-lambaikan daunnya itulah Simeulue.
Deruan ombak yang membuat hati tenang, jauh dari hiruk pikuk keramaian kota yang selama ini aku rasakan. Simeulue adalah tempat yang sangat indah, banyak pulau kecil di dalamnya. Banyak juga ikan dan lobster di lautnya. Simeulue ate Fulawan.
Maklum saja lah, karena aku berasal dari kota besar yang penuh dengan polusi udara setiap detiknya. Di mana aku berasal dari kota Medan Sumatera Utara.
Alumni dari Universitas Negeri Medan pada program studi Bimbingan dan Konseling, yang setelah lulus aku bertekad untuk mengabdi pada negara dengan menerapkan ilmu yang aku dapat selama ini.
Tadinya aku ingin mengajar di daerah tempat tinggalku saja, tetapi entah apa yang menggerakkan hatiku untuk mengabdi ke pelosok negeri. Dan akhirnya takdir membawaku ke tempat ini.
Berada di pulau terpencil yang masih berada di wilayah Indonesia tak pernah terbesit di pikiranku. Pulau yang masih asri dan belum terjamah oleh tangan-tangan jahil. Di sinilah aku hidup setahun lamanya.
Dengan mencoba bertahan hidup penuh dengan rasa syukur setiap harinya. Entah apa yang aku makan hari ini, esok dan seterusnya. Tetapi semua itu harus tetap disyukuri.
Simeulue berbataskan dengan Samudera Hindia. Di sanalah aku mengabdi menjadi seorang guru yang bertekad untuk mencerdaskan anak bangsa.
Memantapkan diri untuk menjadi seorang guru dilandaskan atas kebulatan tekadku untuk menegakkan kebenaran di jalan Tuhan. Semakin besar rasa tanggung jawabku baik sebagai manusia individu, maupun tanggung jawab sebagai makhluk Tuhan.
Sebagai individu aku berusaha tidak ingkar pada suara hati nuraniku, sebagai makhluk sosial aku berusaha menjadi teladan bagi sesama dan pelopor perkembangan bangsaku, dan sebagai makhluk Tuhan aku berusaha mematuhi ajaran-ajaran-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.
Jauh disana telah berdiri ratusan bahkan ribuan peserta didik. Merekalah yang akan aku bina agar menjadi manusia yang unggul dalam berprestasi dan teladan dalam berperilaku serta peduli terhadap lingkungan.
Setahun aku berada di tempat ini, banyak tempat-tempat yang sangat indah, yang belum terjamah oleh penguasa negeri.
Aku sangat beruntung sekali bisa menginjakkan kakiku disini. Aku tinggal di Kecamatan Teupah Selatan yang daerahnya terletak di tepi pantai. Setiap sore aku bermain dengan anak-anak pulau di tepi pantai. Wah, senangnya melihat anak-anak pulau ini yang jauh dari gadget, hanya mengenal kail dan umpan.
Terima kasih Teupah Selatan, terima kasih Simeulue telah mengizinkan aku manginjakkan kaki di bumi devayan ini. Setahun aku disini, sejuta cerita dikala ku pergi.
Buat teman-teman yang penasaran dengan tempat ini, silahkan berkunjung. Pasti kalian gak akan nyesal loh, luar negeri mah kalah kalau dibandingkan dengan Simeulue, ceile gaya amat gua, kayak yang uda pernah ke luar negeri aja. Yowes sekian aja cerita singkatku hari ini. Terima kasih telah membaca.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…