Salahuddin Al Ayyubi dikenal sebagai pemimpin yang berhasil menaklukkan kembali Baitul Maqdis setelah 88 tahun jatuh ke tangan Pasukan Salib. Itu karena dia sebelumnya berhasil melakukan konsolidasi dan menyatukan umat Islam.
Baitul Maqdis adalah salah satu tempat yang disucikan umat Islam. Kejatuhannya ke tangan Tentara Salib membuat gelisah para pemimpin Islam kala itu. Namun perlu dilakukan upaya strategis untuk kembali mengambil alih tempat itu.
Setelah hampir satu abad lamanya, barulah datang pemimpin Islam yang gagah berani, punya visi menyatukan sekaligus bertakwa kepada Allah. Dialah Salahuddin Al Ayubi, sang pemimpin yang mampu membebaskan Yerusalem dari tangan penjajah.
Barisan kaum muslimin saat itu terpecah-pecah menjadi beberapa kekuasan, khususnya yang berada di Mesir, Syam dan Irak. Salahuddin meyakini, untuk mengambil kembali Baitul Maqdis, perlu dilakukan penyatuan kekuatan umat Islam.
Dia pun mulai melakukan upaya selama 13 tahun untuk menyatukan semuanya di bawah kepemimpinan Dinasti Ayyubiyah. Kekuatan Islam harus disatukan demi meraih cita-cita yang lebih tinggi.
Jika umat Islam terus-menerus bersitegang maka akan sulit menyatukan tujuan. Setidaknya, bagi Salahuddin, dengan bersatunya Mesir dan Syam akan menjadi jalan awal untuk menyingkirkan kekuatan Pasukan Salib di wilayah yang dikuasai Islam.
Pada 1175 M, Salahuddin Al Ayyubi mulai melancarkan aksinya di Syam dan mendapat pengakuan dari Khalifah Abbasiyah, bernama Al Mustahil Biamrillah, setelah Salahuddin Al Ayyubi berhasil menduduki Damaskus dan daerah-daerah lainnya.
Setelah merangkul kekuatan baru, dirinya pun makin yakin akan menaklukkan Baitul Maqdis. Sehingga pada beberapa bulan berikutnya Salahuddin Al Ayyubi mengajak kaum Muslimin untuk menyambut jihad akbar dalam membebaskan kiblat pertama dan bumi Isra’ nabi Muhammad SAW.
Salahudin menggunakan strategi pengepungan Yerusalem sebagai langkah awal dalam menaklukkan kota itu. Pengepungan berlangsung dari 20 September hingga 2 Oktober 1187 setelah sebelumnya telah mengalahkan sejumlah kota pendukung di sekitar Yerusalem.
Kemenangan ini menjadi pelajaran penting bagi umat Islam hingga saat ini. Bahwa dengan bersatunya kekuatan Islam, maka akan mudah mencapai tujuan bersama. Bila umat Islam terpecah-pecah, maka kemungkinan untuk mengambil alih situs penting dalam khazanah keislaman itu mustahil diraih.