Tidar: antara Mitos dan Fakta

Bagikan

Oleh : Basilika Rain Restuwardani

Siang itu terasa sepi. Suara langkah orang – orang menapak anak tangga seakan tak dapat mengusik kesunyian tempat itu. Aroma bunga dan asap dupa tercium kuat seiring angin berhembus.

Dari balik pepohonan yang telah berumur puluhan tahun, tiba – tiba ada sosok berekor, bergelantungan dari batang ke batang pohon, seakan hendak mendekat. Sosok apakah itu?

Sosok itu ialah Kera.

Hah? Kera??

Iya. Kera.

Eittsss…. tunggu dulu. Ini bukan novel ataupun cerita horror, lho Travellers! Ini sebuah artikel tentang tempat wisata sekaligus tempat ziarah di sebuah kota kecil. Tidak perlu takut.

Apalagi dengan keranya. Eh, kera? Haha, iya. Tempat ini dinamakan Gunung Tidar. Sebelum memulai pendakian, Travellers akan disambut oleh kera – kera kecil jinak yang tidak akan menggangu pengunjung Gunung Tidar, asalkan pengunjung bersikap sewajarnya.

Lantas, apa sih, Gunung Tidar itu? Nah, sebelumnya Travellers tentu tahu bukan Kota Magelang? Kota kecil yang memiliki slogan “Kota Sejuta Bunga” ini terletak diantara kota besar Yogyakarta dan Semarang.

Gunung Tidar, atau yang seharusnya disebut sebagai  bukit, ialah ikon pulau Jawa karena sering disebut sebagai Pakunya Tanah Jawa. Kenapa bisa disebut sebagai Pakunya Tanah Jawa? Penasaran? Yuk, simak ulasan berikut!

Ketinggian Gunung Tidar

Ketinggiannya sekitar 503 mdpl atau sekitar 1.650 kaki. Bukit ini dipenuhi oleh ratusan pohon – pohon besar seperti pohon pinus, pohon asam belanda, dan bahkan ada pohon salak juga.

Memiliki luas sekitar 70 hektar, tempat ini kerap menjadi tempat latihan tentara dari Akademi Militer Kota Magelang. Lokasinya strategis, berada di Magersari, Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah.

Atau berada di belakang Pasar Burung Sasana Kukila. Selain sebagai tempat wisata tempat ini juga sering dikunjungi oleh warga lokal Magelang maupun luar kota untuk berziarah ke beberapa makam yang diyakini warga setempat sebagai petilasan Syekh Subakir.

Siapa itu Syekh Subakir?