Bagi jamaah umrah atau haji yang baru diberikan kesempatan mengunjungi Tanah Suci biasanya mereka mengeluh rasa nyeri telinga. Hal ini bukan tanpa alasan, melainkan karena adanya tekanan udara yang berbeda saat jemaah sedang melakhkan penerbangan ke kota suci.
Salah satu Dokter spesialis kesehatan penerbangan Haji, Citra Kurniasari mengatakan bahwa dalam ilmu penerbangan, saat pesawat naik makin tinggi di lapisan atmosfer maka tekanan udara akan turun dari 760 mm Hg di atas permukaan laut. Ketinggian peswat menjadi sekitar 550 mmHg saat berada pada ketinggian 7.000 kaki.
“bertambahnya ketinggian dan berkurangnya tekanan udara dalam kabin pesawat tersebut menyebabkan bertambahnya volume gas. Sebaliknya, saat ketinggian berkurang, tekanan udara kabin akan meningkat dan menyebabkan volume udara berkurang,” katanya.
Dia juga menuturkan, perubahan volume udara yang terjadi juga mempengaruhi gas yang ada dalam rongga tubuh seperti telinga tengah. Hal Inilah yang menciptakan potensi adanya ekspansi gas yang terjebak di dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan nyeri telinga.
“Nyeri telinga pada saat berada di ketinggian tepatnya saat bepergian dengan pesawat terbang disebut dengan barotitis media atau barotrauma atau aerotitis media,” tutur Citra.
Dalam kesempatannya ia juga menyampaikan, barotrauma merupakan gangguan telinga yang terjadi akibat perubahan tekanan udara di telinga luar dan telinga tengah yang dipisahkan oleh gendang telinga.
Menurutnya ada dua faktor yang dapat memperberat terjadinya barotrauma. Pertama ada perubahan ketinggian. Misalnya penerbangan, menyelam dan bepergian ke daerah pengunungan. Faktor kedua, hidung tersumbat akibat alergi, pilek atau infeksi saluran napas atas.
“jika tekanan udara di dalam dan di luar telinga tidak sama, maka akan timbul beberapa masalah seperti telinga berdenging dan pendengaran berkurang. Saat pesawat mulai terbang, tekanan udara di luar telinga akan berubah dengan cepat,” ungkapnya.
Kondisi ini pun bisa semakin parah kalau kita sedang mengalami flu atau pilek. Namun jamaah haji tidak perlu khawatir karena hal ini tidak berbahaya. Saat mendarat, telinga akan menyesuaikan diri lagi dan kembali seperti semula.
Citra pun menyarankan, jika selama penerbangan telinga terasa penuh dan nyeri, maka untuk mengurangi rasa nyeri itu bisa diatasi dengan melakukan hal sebagai berikut.
Pertama, mengunyah permen karet atau makanan lain. Gerakan mengunyah dan menelan bisa membantu telinga mengatur keseimbangan tekanan udara.
Kedua, melakukan manuver valsava yaitu menutup kedua hidung lalu menghembuskan napas dengan kencang sampai merasakan gendang telinga terbuka atau berbunyi ‘bleb’. Hal ini bisa membantu membuka Tuba Eustachius yang tersumbat selama penerbangan.
Lalu bisa juga dengan menutup mulut dan mencubit hidung. Setelah itu, coba telah ludah beberapa kali. Keempat menguap. Dengan menguap, udara yang ada di telinga akan keluar dengan perlahan, jadi tekanan udara di telinga akan tetap terjaga.
Kemudian jika jamaah haji dengan infeksi saluran nafas atas (ISPA) atau alergi hidung dan tenggorokan bisa mengalami rasa nyeri ketika bepergian dengan pesawat terbang. Untuk meringankan penyumbatan dan membantu membuka Tuba Eustachius bisa diatasi dengan meneteskan dekongestan (obat tetes hidung) atau obat semprot.
Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…
Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…
Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…
Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…
Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…