Lomba Artikel

Wisata Anti-Mainstream: Menikmati Indahnya Kearifan Lokal Suku Baduy

Oleh: Anisa Mumtaz

Indonesia merupakan negara yang memiliki ragam budaya dan adat istiadat, setiap masyarakat tentu memiliki kebiasaan lama yang diwarisi nenek moyang hingga sekarang, salah satunya adalah Suku Baduy, sebuah masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat di daerah Banten. Kalau kamu ingin cari tempat wisata anti- mainstream tentu suku baduy ini dapat menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik.

Masyarakat suku baduy biasanya dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan berpakaian hitam-hitam dan menggunakan ikat kepala biru bermotif batik khas baduy, biasanya mereka dapat dijumpai di kota besar seperti Jakarta sekedar untuk menjual madu dan aksesoris suku baduy.

Seiring perubahan zaman, masyarakat Baduy mengalami perubahan pola pikir dengan adat istiadatnya, barangkali inilah yang menjadi lahirnya suku baduy luar dan baduy dalam. Mengenyam pendidikan seperti anak-anak pada umumnya tidak diperbolehkan di suku baduy dalam, sedangkan di baduy luar beberapa telah terbuka untuk menyekolahkan anak-anaknya. Cisaban adalah salah satu kampung yang ditinggali suku baduy luar, letaknya di desa Kanekes Kabupaten Lebak Banten.

Di kelilingi pepohonan, sungai dan dekat dengan pegunungan merupakan ciri khas masyarakat baduy. Pengunjung yang datang ke sini akan disuguhkan pemandangan alam yang luar biasa indahnya.

Rindangnya pepohonan dan berbagai macam buah seperti durian, rambutan, menteng akan sering dijumpai di daerah ini, memasukinya seperti merasakan sensasi di tengah hutan, gemericik air dan kicauan burung akan menambah suasana yang tenang dan damai, terlebih lagi bagi orang kota yang tidak akan pernah menjumpainya di perkotaan, barangkali alam bisa menjadi pelipur lara dari hiruk pikuk di kota besar bagi sebagian orang.

Ketika tiba di kampung Cisaban, pengunjung akan dinikmati dengan berbagai kearifan lokal suku baduy luar. Suku baduy memiliki rumah-rumah yang terbuat dari anyaman bambu dengan atapnya yang terbuat dari daun pohon kelapa yang sudah dikeringkan, rumah yang sangat jarang sekali dijumpai di jaman ini.

masyarakat suku baduy hidup dengan berladang dan bercocok tanam, sebagian wanita disana juga bertenun membuat kain dan dijadikan syal atau seperti songket, bahkan kegiatan bertenun sudah menjadi kebiasaan gadis-gadis kecil di sana.

Hasil dari pertanian, kemudian di simpan dalam rumah-rumah tempat penyimpanan persediaan pangan mereka.

Jalan yang tidak stabil seringkali menjadi hambatan untuk menuju ke lokasi kampung Cisaban,  pengunjung pasti akan merasakan lelahnya berjalan selama berjam-jam layaknya mendaki gunung, sehingga sensasi hiking akan begitu terasa.karena untuk menuju kawasan ini, pengunjung tidak bisa menggunakan kendaraan, disebabkan jalannya yang bebatuan dan hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki saja.

Namun, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi hanya sampai perbatasan kampung dan seterusnya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 3-4 jam  ke kampung Cisaban dan bagi pengunjung yang ingin menggunakan kendaraan umum, dapat dijangkau 54 km dari Stasiun Rangkasbitung.

Jika dari Jakarta bisa berangkat dengan kereta jurusan Tanahabang-Rangkasbitung, kemudian dapat melanjutkan perjalanan dari Stasiun Rangkasbitung ke Lebak menggunakan mini bus yang hanya satu kali bolak balik setiap pukul 14.00 siang, jadi pastikan tiba tepat waktu di Stasiun Rangkasbitung jika ingin menggunakan mini bus ini.

Jika ingin ke baduy dalam, pengunjung harus berjalan sekitar 1-2 jam lagi ke Cibeok, yakni salah satu kampung yang ditinggali suku baduy dalam, jaraknya sekitar 3,6 km dari kampung Cisaban.

Perjalanan ke Cibeok mungkin akan terasa lebih melelahkan daripada perjalanan ke kampung Cisaban, pengunjung akan menemui jalan yang lebih terjal, bebatuan, dan licin. Namun, kelelahan itu akan terbayar ketika sampai di tempat tujuan.

Tidak seperti pada suku baduy luar, pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar atau menggunakan handphone di tempat ini, mereka masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang, seperti menggunakan segala perabotan rumah tangga yang terbuat dari kayu, hingga pakaian yang mereka buat sendiri dari bahan alam, larangan menggunakan sandal dan lain lain.

Meskipun begitu, masyarakat suku baduy sangat ramah dan sangat menyambut hangat kedatangan orang asing. Di tempat ini, pengunjung bisa mengenal budaya mereka, biasanya ada tokoh masyarakat yang akan memperkenalkan, bahkan mereka memiliki ketua RT yang dihormati dan diakui keberadaanya.

Pengunjung dapat pula membeli aksesoris khas suku baduy seperti syal, slayer, gelang dan gantungan kunci yang semuanya terbuat dari bahan alam.

Wisata suku baduy ini dapat menjadi salah satu destinasi yang sangat patut dikunjungi, keasriannya yang masih sangat terjaga akan membuat orang terkagum-kagum dan semakin bangga dengan kebudayaan Indonesia, Selamat berkunjung!

Marshal

Recent Posts

Hegrah Al Ula, Saksi Bisu Kebeneran Kisah Nabi Salih dan Kaum Tsamud

Hegrah Al Ula, atau Madain Salih merupakan situs arkeologi di tengah padang pasir di wilayah…

2 months ago

Langkah Pemerintah Pakistan Kurangi Jumlah Pengemis di Arab Saudi

Keberadaan pengemis di Arab Saudi semakin memprihatinkan. Menurut laporan, sebanyak 90 persen pengemis yang ada…

2 months ago

7 Tempat Doa Mustajab di Makkah, Dengan Niat Ikhlas Insyaallah Terkabul

Tanah Suci Makkah adalah tempat paling mulia untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena di…

2 months ago

Begini BPS Melakukan Survei Kepuasan Jamaah Haji 2024, Independen Tidak?

Penyelenggaraan ibadah haji 2024 terbilang cukup sukses, bahkan sangat memuaskan menurut catatan Badan Pusat Statistik…

2 months ago

7 Julukan Kota Makkah dan Asal Usul Penamaannya

Setidaknya ada 7 julukan bagi Kota Makkah. Kota yang paling suci bagi umat Islam ini…

2 months ago

Dituding Mangkir dari Panggilan Pansus Haji, Ini Kegiatan Menag di Perancis

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dituding mangkir dari panggilan Pansus Angket Haji DPR dengan…

2 months ago