Penelitian terbaru mengungkap bahwa tempat paling terpapar radiasi nuklir bukanlah Chernobyl dan Fukushima. Adalah Kepulauan Marshall jawabannya.
Temuan studi terbaru menyatakan ada bagian dari Kepulauan Marshall yang lebih radioaktif daripada Chernobyl dan Fukushima. Seperti dilansir CNN, Kamis (25/7/2019), tingkat radiasinya ada di seluruh bagian Kepulauan Marshall, Oseania, Samudra Pasifik.
Kenapa demikian? Karena, Kepulauan Marshall jadi tempat Amerika Serikat menguji bom nuklir selama Perang Dingin. Itu mengakibatkan tingkat radiasinya lebih tinggi daripada daerah yang juga terkontaminasi oleh bencana nuklir, Chernobyl dan Fukushima.
Dari tahun 1946 hingga 1958, pemerintah AS melakukan 67 uji coba nuklir di beberapa pulau kecil atau atol di Kepulauan Marshall. AS juga merelokasi seluruh penduduk namun tetap membuat orang lain terkena kanker karena radiasi itu.
Lebih dari 60 tahun kemudian, para peneliti dari Universitas Columbia mengatakan radiasi pada empat atol di sana tetap sangat tinggi. Di beberapa daerah bahkan sepuluh hingga 1.000 kali lebih tinggi daripada daerah radioaktif dekat pembangkit listrik Chernobyl yang meledak pada tahun 1986, dan Fukushima karena efek gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011.
Saat menganalisis sampel tanah, para peneliti menemukan konsentrasi americium-241, cesium-137, plutonium-238 dan plutonium-239.240 di 11 pulau di empat atol daerah utara. Populasi Kepulauan Marshall relatif kecil.
Beberapa atol dan pulau hanya memiliki beberapa ratus orang. Enewtak Atoll adalah rumah bagi 664 penduduk dalam sensus pada tahun 2011. Atol Enewtak dan Bikini oleh para peneliti digambarkan sebagai ground zero untuk uji coba nuklir.
Uji coba nuklir di lokasi itu memang terbilang kecil, yakni ada 1.054 total tes nuklir yang dilakukan oleh AS dari tahun 1946 hingga 1992. Karang atol di Kepulauan Marshall mampu bertahan, kata para peneliti.
Bikini adalah tempat uji bom hidrogen terbesar AS yang dikenal sebagai Castle Bravo pada tahun 1954, Ledakannya 1.000 kali lebih kuat dari yang dijatuhkan di Jepang selama Perang Dunia II.
Pulau Bikini memiliki tingkat radiasi tertinggi dari yang pernah dipelajari, dan mereka merekomendasikan agar Pulau Bikini tetap tidak berpenghuni. Penduduk Bikini dipindahkan secara paksa pada tahun 1946 dan dikirim ke beberapa pulau yang berbeda karena sumber makanan dan air.
Para peneliti mengatakan beberapa orang Bikini kembali ke Pulau Bikini pada akhir 1960-an. Itu setelah pemerintah AS menyatakan Bikini aman untuk permukiman kembali, tapi mereka keluar kembali dari pulau itu karena paparan radiasi tingkat tinggi.
Setelah pendudukan AS selama Perang Dunia II, pulau-pulau tersebut menjadi wilayah AS hingga akhir 70-an. Sekarang Kepulauan Marshall menjadi negara merdeka tapi memiliki Compact of Free Association dengan AS.
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS, paparan radiasi tingkat tinggi seperti yang terjadi di dekat ledakan atom dapat menyebabkan luka bakar kulit dan sindrom radiasi akut, itulah penyakit radiasi. Efek kesehatan jangka panjang adalah kanker dan penyakit kardiovaskular.