Libur akhir pekan kali ini di DI Yogyakarta enaknya ke Pantai Parangkusumo di Bantul. Ada festival layang-layang internasional yang meriah.
Puluhan klub layang-layang dari lokal maupun internasional ambil bagian dalam gelaran 7th Annual Jogja International Kite Festival 2019 di Pantai Parangkusumo, Bantul. Festival tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan ekonomi pecinta layang-layang.
Pantauan tfanews.com, puluhan layang-layang dengan berbagai ukuran tampak menghiasi langit Pantai Parangkusumo di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Tak hanya itu, beragam bentuk layangan mulai dari hewan hingga tokoh animasi tampak melayang di atas Pantai tersebut.
Ketua Panitia 7th Annual Jogja International Kite Festival 2019, Rinardi Dewantoro menjelaskan bahwa festival ini adalah kerjasama antara Dinas Pariwisata (Dinpar) DIY, Dinpar Kabupaten Bantul dengan Perkumpulan Pegiat Layang-layang Nusantara (TALIKAMA). Rinardi menambahkan, bahwa festival ini mulai sejak tanggal 25 Juli hingga Minggu (28/7) sore besok.
“Festival ini secara nasional sudah ke-7 kali dan secara internasional sudah memasuki kali ke-3,” ucapnya saat ditemui di Pantai Parangkusumo di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Sabtu (27/7/2019).
Lanjutnya, peserta festival layang-layang tahun ini tidak hanya berasal dari Indonesia, melainkan ada belasan negara yang ikut serta dalam festival tersebut.
“Festival (7th Annual Jogja International Kite Festival 2019) bertema batik ini diikuti 54 klub (layang-layang) dari Indonesia dan dari luar negeri ada 11 negara. Tapi (peserta) yang dari luar negeri hanya ikut ekshibisi saja. Kalau yang ikut lomba dari 54 klub itu,” imbuhnya.
Adapun 11 negara tersebut antara lain India, Vietnam, Thailand, Singapura, Polandia, Tiongkok, Korea Selatan, Taiwan, Amerika Serikat dan Malaysia. Sedangkan peserta dari dari Indonesia berasal dari Kepulauan Riau, Kalimantan, Sumatera dan Jawa.
“Untuk kategori yang dilombakan ada 5, yaitu layangan ketegori tradisional, 2 dimensi, 3 dimensi, train naga dan rokakku (layangan segi enam). Selain itu ada juga lomba umbul-umbul bertema batik,” katanya.
Rinardi menambahkan, selain menjalin silaturahim antar pecinta layang-layang, festival ini juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian produsen layangan di Indonesia.
“Jadi kami sengaja mengajak peserta dari luar negeri agar mereka (peserta lokal) saling melihat dan mempelajari layangan produksi luar negeri. Begitu juga dengan yang dari luar negeri, diharap mereka tertarik dengan bentuk layang-layang sini (Indonesia) dan bisa kerjasama dalam memproduksinya,” ujar Rinardi.
Sementara itu, salah seorang peserta, Ari Ganong (29) mengatakan bahwa ia sudah kerap mengikuti festival layang-layang di berbagai daerah. Sedangkan untuk 7th Annual Jogja International Kite Festival 2019 adalah kali kelima keikutsertaannya.
“Saya sudah sering ikut festival dan lomba layang-layang seperti ini mas, seperti di Malang dan Purworejo. Kalau untuk festival kali ini semua kategori saya ikuti,” kata Ganong saat ditemui di pinggir Pantai Parangkusumo.
Menurut warga Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur ini, ia tertarik mengikuti festival layang-layang karena ingin beradu skill saat lomba kategori rokkaku. Menurutnya, kategori itulah yang paling ditunggu-tunggu.
“Dari semua kategori itu paling seru yang rokkaku, kita murni pakai skill bukan bentuk atau bahan layangan. Karena saat lomba rokkaku itu kita menerbangkan layang-layang bersama-sama dan nanti sangkutan (senar antar peserta saling terkait), siapa yang bertahan dia yang menang,” ucap pria yang tergabung dalam klub layang-layang Gumelang ini.