Wow! Piramida di Merbabu Ini Dibangun dari 12.000 Sampah Plastik

Bagikan

Sebuah piramida dibangun warga Boyolali di lereng Merbabu. Menariknya, piramida setinggi 4 meter itu dibuat dengan menggunakan sampah plastik.

Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia, seluruh warga Indonesia menghias kampungnya masing-masing. Tak terkecuali warga Dukuh Surodadi RT 04/02, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

Warga di lereng Gunung Merbabu itu menghias kampungnya dengan membangun sebuah piramida. Bahan yang digunakan dari sampah plastik, khususnya botol air mineral bekas.

“Untuk pembuatan piramida ini kami menghabiskan sekitar 12.000 botol, itu pun belum sempurna,” kata Tarno, Ketua Kelompok Pecintan Alam (KPA), Rajawali, Dukuh Surodadi, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo ditemui disela-sela kerja bakti pembuatan piramida tersebut, Senin (5/8/2019).

Piramida tersebut berbentuk segitiga sama kaki. Memiliki panjang 12 meter dan tinggi 4 meter. Dibangun di tikungan perempatan Dukuh Surodadi, di jalan Gebyok – Jeruk, Selo.

Botol-botol air mineral ukuran 1,5 liter itu terlebih dulu dirangkai menggunakan kawat ukuran kecil atau yang sering disebut kawat blendrat. Selanjutnya ditempelkan pada rangka piramida yang dibuat dari bambu. Di puncak piramida, ditancapkan bendera merah putih. Begitu pula di salah satu sisinya, juga dipasang bendera merah putih panjang.

Di bagian depan piramida, terdapat tulisan DK. Surodadi yang juga terbuat dari botol bekas. Dilihat botol tersebut memiliki warna. Namun untuk pewarnaan ini, warga tidak menggunakan cat. Tetapi juga menggunakan sampah plastik yang dimasukkan ke dalam botol-botol tersebut.

“Untuk pewarna kita juga menggunakan sampah plastik,” jelas Tarno.

Menurut dia, sampah plastik tersebut diambil dari lingkungan sekitar. Selain dari limbah rumah tangga, juga dari sampah Gunung Merbabu. Yaitu botol air mineral dari pada pendaki Gunung Merbabu yang naik turun dari jalur Selo.

“Kita memanfaatkan botol air mineral dan plastik untuk pewarna. Kita menggunakan sampah itu intinya kita ingin mengurangi sampah di kawasan lingkungan sekitar, Khususnya di lingkungan Surodadi, juga lingkungan taman nasional (Taman Nasional Gunung Merbabu),” ujar Tarno.

Kebetulan, dukuh di Desa Tarubatang itu juga dekat dengan base camp dan pintu pendakian Gunung Merbabu melalui Selo. KPA Rajawali dan warga setempat, juga cukup aktif dalam kegiatan di Taman Nasional Gunung Merbabu. Botol-botol tersebut sebagian besar diambil dari sampah dari gunung di wilayah Jawa Tengah ini.

Botol untuk membuat piramida yang berjumlah mencapai 12.000 itu dikumpulkan selama sekitar satu bulan. Pengerjaan piramida juga sekitar satu bulan ini.

“Sampah di Merbabu, khususnya botol banyak sekali, karena pengunjung di Merbabu juga lumayan besar. Apalagi di musim-musim liburan. Per harinya itu kalau kita mau mengelola botol di Merbabu dan kawasan sekitar sini, kalau teman-teman rajin, mungkin 1.000 botol pun kita dapatkan,” imbuh dia.

Selama ini, kata dia, pengelolaan sampah plastik yang begitu besar itu hanya dibakar saja. Namun, kini warga akhirnya memanfaatkan sampah plastik tersebut untuk mempercantik kampungnya menyambut HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Kalau kemarin kita belum bisa mengolahnya. Kalau sampah plastik yang sudah tidak terpakai mungkin dibakar untuk mengurangi penyumbatan sampah saja. Kalau mungkin untuk planning dari teman-teman Karang Taruna Surodadi, ada kelanjutan untuk menghias piramida ini intinya untuk mengurangi sampah di sekitar dan untuk mempercantik desa,” tandasnya.

Seorang warga setempat, Parsidi, menambahkan pembuatan piramida dari sampah botol air mineral tersebut dalam rangka menghias kampung dalam menyambut HUT ke-74 Kemerdekaan Indonesia.

“Menjelang HUT Kemerdekaan ini, dari Karang Taruna RT 04/02 muncul ide untuk membuat piramida atau rumah yang terbuat dari botol. Nah kebetulan di RT 04 ini ada komunitas KPA Rajawali yang bergerak di Taman Nasional Gunung Merbabu, sehingga kami memanfaatkan botol-botol itu dari gunung, diambil dari pendaki-pendaki,” tambah Parsidi.