Penemuan istana Marid bermula dari kisah panjang. Awalnya adalah upaya menemukan benda kuno di sekitar Dumat al-Jandal.
Penggalian yang dilakukan peneliti Khaleel Ibrahim al-Muaikel pada 1986 menemukan barang-barang kerajinan tangan masyarakat setempat. Hal itu menunjukkan masyarakat di Dumat al-Jandal memang menginduk kepada kerajaan Akkadia.
Dumat al-Jandal Diceritakan dalam Injil
Kota ini diceritakan dalam Injil Surat Isaiah. Bunyinya, “Beban kota Dumat. Dia memanggilku, tuan, penjaga, malam apa ini? Hai penjaga, malam apa ini?
Lalu si penjaga menjawab, pagi sudah datang, dan juga malam. Kalau mau melihatnya, maka lihatlah: kembalilah (Isaiah 21:11-12).
Pada tahun 106, masyarakat Dumat bekerja sama dengan Romawi ketika Kerajaan Troya mengalahkan pasukan Nabath. Sejak itu, kota ini menjadi bagian dari daerah Arab selama empat abad. Pada 269 M, tempat itu disebutkan oleh Ratu Palmyra, Zenobia, sebagai kota dengan tembok yang melindungi benteng.
Ratu Palmyra berambisi untuk merebut kota tadi. Dia mengirim balatentara kesana. Dengan susah payah mereka berupaya menaklukkan daerah Dumat. Setelah berhasil merebutnya, Ratu Zenobia mendirikan Istana Marid sebagai tempat bertahan. Bangunan itulah yang melindungi kota Dumat dari serangan Romawi.
Pada abad kelima, Dumat menjadi ibu kota kerajaan Kindah. Seperti biasa, kehidupan di sana berjalan. masyarakat aktif bertani, beternak, dan membuat kerajinan tangan. Hasilnya menjadi komoditas perdagangan yang diburu masyarakat dari berbagai penjuru negeri