Fasilitator Destinasi Kementerian Pariwisata Trisno Sudigdo mengatakan, Unan-unan adalah upacara yang besar. Di Desa Ranupani, budaya tersebut indentik dengan memayu desa/menanam kepala kerbau. Sangat penting bagi masyarakat Tengger.
“Unan-unan merupakan titik awal masyarakat dalam menentukan upacaranya. Unan-unan merupakan salah satu ritual adat Suku Tengger yang digelar lima tahun sekali,” tuturnya.
Ia berharap pemerintah dapat memfasilitasi saat memperingati upacara adat tersebut pada tahun depan, sehingga desa ini dapat menjadi salah satu destinasi wisata kebudayaan di Kabupaten Lumajang.
Kepala Desa Ranupani Satumat menjelaskan, Unan-unan merupakan kegiatan adat-istiadat yang harus dilestarikan dan dirangkul dengan baik, karena Unan-unan merupakan titik temu masyarakat.
Desa Ranupani menjaga kelestarian budaya
“Generasi muda harus ikut menjaga kelestarian budaya. Unan-unan itu bukan agama, namun adat-istiadat yang harus dilestarikan,” katanya.
Di akhir upacara adat Unan-unan, Bupati Lumajang bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta masyarakat desa itu mengikuti arak-arakan Jodang (tempat makanan sesaji).
Mereka menuju Punden Sanggar Agung untuk melaksanakan ritual penanaman kepala kerbau dan doa bersama.