Selo Bonang merupakan nama sebuah batu, yang ditemukan warga di kawasan hutan di kaki pegunungan Argopuro di Dusun Sumbercandik Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember Jawa Timur.
Selo Bonang adalah bebatuan memiliki keunikan yang khas, dapat berbunyi seperti alat musik gamelan, dengan 6 jenis suara.
Meski tergolong tempat wisata baru di Jember, namun Selo Bonang sudah dikenal wisatawan lokal hingga mancanegara.
Kini, sudah banyak pengunjung berdatangan yang hanya ingin mendengarkan suara musik Selo Bonang
. Apalagi didatangi para seniman, atau mahasiswa yang bersama-sama membunyikan, seperti suara grup musik gamelan yang bersautan.
Selain itu, kedatangan wisatawan ke tempat tersebut, juga untuk berswafoto karena pemandangan alamnya indah. Tempatnya asri, terdiri dari pegunungan terjal, terbentang warna hijau dengan warna – warni bunga menggoda.
Bahkan banyak wisatawan dari luar Jember, bermalam di wisata tersebut, untuk rileksasi, bermeditasi atau bertapa.
Para pengunjung beranggapan bahwa tempat tersebut menyimpan kekuatan megis, sehingga cocok untuk bertapa.
“Biasanya yang datang untuk bermeditasi atau bertapa adalah para paranormal, pada bulan syuro,” tutur Hadi Purnomo, penemu sekaligus pemilik tanah Selo Bonang, yang ditulis Selasa, 22 januari 2019.
Hadi menceritakan, banyak pengalaman spiritual pengunjung di Selo Bonang, mulai terasa sangat dingin, sehingga menghentikan meditasinya. Namun setelah keluar dari Selo Bonang, suasananya kembali Normal.
“Obyek Selo Bonang seringkali menjadi tujuan pengunjung meditasi baik dalam negeri atau dari luar negeri. Pengalaman mereka yang melakukan praktek Suwung ditempat ini mampu mengembalikan spiritualitas dalam dirinya,” kata Hadi.
Hadi mengatakan, mereka yang melakukan meditasi mengalami keheningan, kedamaian dan harmoni. Ketika keadaan ini terjadi, suatu kondisi kedamaian yang lembut dan halus menembus diri kita.
“Kita menjadi terbebas dari beban pikiran akibat aktifitas hidup yang banyak membelenggu pikiran. Dan tubuhpun secara alami menuju titik harmoninya, energi-energi diseimbangkan,” ucap Hadi.
Sementara menurut juru kunci Selo Bonang, Burali alias pak Gunem (70) warga setempat, banyak cerita aneh yang dialami pengunjung yang bermalam, di tempat tersebut.
“Pada malam hari, disekitar batu tersebut mengeluarkan cahaya. Kalau berada diluar Selo Bonang, suasana gelap jika malam hari, dan harus membawa lampu penerangan. Namun kalau berada disekitar Selo Bonang, jalan disekitar tersebut dan batu Selo Bonang kelihatan, meski tanpa lampu,” tutur Pak Gunem.
Selain itu, ada kejadian seorang mahasiswa datang ketempat tersebut, datang pada malam hari. Dia mau mencoba musik Selo Bonang. Namun saat sampai ke lokasi, dia lari tergopoh-gopoh. Karena begitu mendekati Selo Bonang, terdengar bunyi gamelan seperti ada yang memainkan Selo Bonang.
“Padahal saat itu tidak ada yang main Selo Bonang,” ujar Pak Gunem.