Oleh : Givari
Membaca kata “Masjid Apung” kalian pasti sudah membayangkan bahwa masjid tersebut berada di atas laut. Benar sekali, Masjid yang menjadi ikon Kota Palu itu terletak di Jalan Rono, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat. Masjid yang dulunya berdiri kokoh ini sekarang menjadi tempat foto bagi warga di Kota Palu maupun yang datang dari luar Kota Palu. Lokasi Masjid inisss berada dekat dengan Pantai Talise, lokasi penemuan korban tsunami terbanyak.
Gempa bumi yang disusul tsunami pada Jum’at, 28 September 2018, memporakporandakan pesisir Kota palu dalam hitungan detik. Ribuan warga meninggal dunia. Sejumlah rumah rusak parah dan runtuh. Hampir setengah bangunan hinggah kubah masjid yang masih terlihat pasca tsunami.
Menurut warga sekitar Masjid ini dibangun pada 19 Januari 2011 oleh pengusaha sukses yang bergerak di bidang SPBU di Kota Palu yang bernama Muhammad Hasan Bajamal. Dia membangun masjid ini untuk mengenang jasa almarhum Syekh Abdullah Raqi atau Datuk Karama. Datuk Karama merupakan ulama asal Minangkabau, Sumatera Barat. Beliau diyakini seluruh warga Palu sebagai penyiar agama islam pertama sejak abad ke-17.
Sebelum gempa dan tsunami lalu masjid ini tidak pernah sunyi dari kunjungan jemaah yang hendak beribadah maupun yang hanya singgah sambil berfoto-foto, dan hingga kini masjid ini masih menjadi daya tarik wisata. Apalagi saat kita duduk di depan masjid ini kita bisa melihat Jembatan Kuning yang sudah ambruk. Ketika kita datang kesitu hamparan angin yang kencang dan ombak yang deras membuat setiap orang merasa sejuk dan luar biasa.
Saat sore merupakan waktu yang ramai dikunjungi oleh warga. Penjual Siomay menghiasi sepanjang pantai. Warung-warung pun ada disekitar situ. Biasanya, ada yang datang naik mobil, motor, hingga yang jalan kaki pun ada, dari yang anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua pun menghiasi sepanjang depan masjid ini. Mereka ada yang berfoto sendiri, ramai-ramai, dan sekeluarga. Selain berfoto-foto ada juga yang sekedar bermain bola di jalanan dekat situ. Ada yang bercanda-canda tawa bersama teman.
Sebelum gempa dan tsunami lalu masjid ini sangat ramai. Bangunan masjid ini berjarak 30 meter dari bibir pantai Teluk Palu. Di bawahnya terdapat lebih dari 25 tiang penyangga. Tiang-tiang itu dapat terlihat jelas jika air laut surut. Namun jika air laut pasang, masjid ini terlihat seolah-olah terapung di atas permukaan laut. Jalan masuk menuju ke dalam masjid ini dibuat jembatan berlantai tegel yang dihiasi beberapa lampu penerangan pada sisi kiri kanannya.
Saat berada di atas jembatan masuk masjid, pengunjung juga dapat menikmati keindahan Teluk Palu dan kemegahan Jembatan Palu IV, yang tidak jauh dari lokasi masjid. Selain desainnya yang seolah terapung, masjid ini menjadi pembeda dari seluruh bangunan masjid yang ada di Palu. Apalagi, masjid ini memiliki satu kubah besar dan empat kubah kecil yang mengelilingi pada tiap sudutnya.
Masjid ini tampak begitu megah dan indah dengan balutan warna krem yang mendominasi dipadukan warna hijau dan emas di seluruh bangunannya. Selain itu, kubah masjid dapat memancarkan tujuh warna cahaya lampu saat malam hari. Ketujuh cahaya lampu itu, mulai dari warna merah, jingga, hijau, ungu, biru, pink dan putih. Warnanya terlihat berganti-ganti dalam hitungan detik.
Jadi tunggu apalagi guys, jika berkunjung ke Kota Palu jangan lupa yah singgah di Masjid Terapung ini.