Mengintip Keindahan Ampera Dari Ketinggian 17 Meter

Bagikan

‘Amalia A. H.

Venesia dari Timur merupakan julukan yang disematkan pada Kota Palembang, salah satu kota yang menjadi tuan rumah Asian Games 2018 lalu.

Ya, acara akbar nan megah itu mampu mencuatkan nama Palembang ke kancah internasional bersama dengan berbagai tempat wisatanya. Jembatan Ampera yang menjadi ikon utama Palembang pun menjadi begitu terkenal.

Sungai Musi yang mengalir di bawahnya dan transportasi air yang menjadi inti kehidupan kota ini pun menjadikannya Venice of the East.

Tidak perlu jauh-jauh dari jembatan yang ikonik ini, cukup dengan berjalan kaki saja ke arah ilir, terdapat suatu lokasi wisata yang tidak kalah megah dan historisnya. Monpera namanya.

Jakarta punya Monas (Monumen Nasional), Palembang punya Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat). Keduanya sama-sama berkedudukan di pusat kota.

Monpera bersama  dengan Jembatan Ampera yang membagi Palembang menjadi dua bagian, ulu dan ilir ini merupakan simbol perjuangan rakyat.

Ampera sendiri berarti Amanat Perjuangan Rakyat. Bisa dimaknai sendiri bagaimana bersejarahnya kedua bangunan ini dan patut dijaga nilainya.

Monpera merupakan lambang perjuangan rakyat Palembang melawan Belanda yang semakin gencar melancarkan serangan pada Agresi Belanda II tahun 1947.

Serangan yang sudah dimulai sejak akhir 1946 di Palembang ini mencapai puncaknya selama 5 hari 5 malam.

Pada saat mencapai klimaksnya itu, penjajah tidak henti-hentinya menghujani bom, granat, dan peluru di seluruh wilayah kota Palembang hingga menghancurkan sebgaian wilayah.

Para veteran pun ingin mengenang peristiwa penuh perjuangan dengan membangun Monpera. Inisiatif pertama dilakukan pada tahun 1975 berupa peletakan batu pertama.

Monpera rampung pada tahun 1988 dan diresmikan oleh Menteri Perekonomian dan Kesejahteraan yang menjabat saat itu.

Setiap sisi Monpera sarat akan makna. Monpera berbentuk  seperti bunga melati dengan 5 mahkota yang berarti kesucian hati para pejuang.

Jalur menuju bangunan utama terdapat 3 di sisi kiri, kanan, dan belakang, sehingga berjumlah 9 yang berarti kebersamaan rakyat Palembang yang dimaknai dengan cabang batang sungai musi yaitu Batang Hari 9.

Monpera sendiri memiliki 8 lantai dengan ketinggian 17 meter dan 45 bidang atau jalur yang melambangkan hari lahir bangsa Indonesia.

Di halaman Monpera terdapat ilustrasi suasana perang, gading gajah beserta prasasti yang tertempel, dan juga huruf bertuliskan MONPERA. Di bagian depan bangunan tertempel lambang negara, Burung Garuda beserta tulisan berisikan sekilas perjuangan masa dulu.

Semua hal tersebut dimaksudkan agar para pemuda seperti kita yang kelak akan memegang pundak bangsa ini dapat mengingat dan melanjutkan perjuangan dengan sekuat tenaga dan hati bersih.

Pengunjung diperbolehkan masuk ke dalam Monpera, cukup dengan membayar Rp2.000,00 untuk pelajar atau mahasiswa dan Rp5.000,00 untuk umum melalui gerbang utama yang berada di sisi kanan bangunan.

Monpera berisi koleksi berupa mata uang yang berlaku di NKRI foto dokumentasi pakaian, senjata, buku yang digunakan para pejuang, foto para pejuang, dan petuah-petuah para sesepuh bangsa untuk anak cucunya.

Tangga yang disediakan cukup dan seadanya karena bangunan ini sendiri di dalamnya tidak begitu luas. Pengunjung diizinkan bereksplorasi hingga puncak Monpera.

Ketinggian 17 meter di puncak Monpera ini memberikan kita pemandangan kota Palembang dari sisi yang berbeda. Jembatan Ampera pun terlihat kecil dari sudut pandang ini.

Puncak Monpera tidaklah datar sebagaimana bangunan pada umumnya. Permukaannya sedikit miring yang memusat ke tengah disertai batas-batas bata seperti bentuk Monpera.

Para pengunjung diminta untuk berhati-hati. Pelataran atas ini juga dikelilingi dengan pagar pembatas sebagai pengamanan.

Walau panas menyertai, tidak mengurangi minat para pengunjung untuk mendaki hingga bagian atap monument ini.

Lokasi yang tidak jauh dari Jembatan Ampera, Sungai Musi, dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin ini yang secara geografis terletak di belakang bangunan ini membuat Monpera tidak pernah sepi pengunjung.

Jika menggunakan kendaraan, setelah menuruni Jembatan Ampera dari arah ulu, langsung berbelok ke kiri dan di situlah Monpera berada. Sangat dekat. Ditambah, lingkungan Monpera dikelilingi pepohonan yang sejuk untuk bersantai.

Wisatawan diperbolehkan masuk hingga pukul 4 sore. Pelataran lingkungan Monpera tidak tutup, jadi siapapun diperbolehkan untuk menikmati waktu di sekitar Monpera walau bangunan intinya sudah ditutup.

Referensi:

Indonesiakaya.com