Rendang dan nasi goreng diakui sebagai hidangan terbaik di dunia. Kuliner Khas Indonesia ini merupakan ikon masakan yang dinanti banyak orang.
memiliki lebih dari 500 ribu bumbu dan rempah, yang seharusnya bisa menjadikan Indonesia sebagai kiblat kuliner dunia. Namun sayangnya, kuliner Indonesia tidak terlalu eksis di luar negeri.
Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fajar Hutomo menyatakan, kuliner Indonesia kurang eksis di kancah internasional. Penyebabnya tidak memiliki standar produk. Baik itu standar kehigienisan makanan, keamanan pangan (food safety) dan lainnya. Sehingga laju ekspor makanan Indonesia seolah jalan di tempat.
“Katanya rendang makanan enak di dunia. Tapi apakah ketika kita di luar negeri, kita mudah mencari rendang? Kan tidak. Ini artinya rendang belum eksis,” kata Fajar di Jakarta beberapa waktu lalu.
Usaha rintisan
Seiring berjalannya teknologi informasi, banyak bermunculan usaha rintisan atau startup di Indonesia dalam berbagai bidang. Seperti tranportasi digital, bidang jasa, pendidikan, jual beli, pinjaman dana, pertanian, event hingga makanan. Usaha rintisan dalam bidang makanan atau food startup ini merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif dengan pendapatan ketiga tertinggi pada tahun 2016.
Permasalahan sekaligus peluang inilah yang mendorong Charlotte Kowara untuk mendirikan Accelerice. Nama Accelerice merupakan gabungan dari kata Accelerator dan rice atau nasi yang menjadi makanan pokok Indonesia. Menurut Charlotte, Accelerice merupakan food innovation and knowledge hub pertama di Indonesia.
Charlotte menjelaskan, Accelerice mencakup gedung empat lantai dengan total area 1.300 meter persegi dan dilengkapi fasilitas dapur dengan berbagai peralatan dapur terbaik. Accelerice menyediakan sarana dan edukasi bagi UMKM khususnya food startup untuk berkembang, berinovasi dan dapat memaksimalkan teknologi digital dalam usahanya. Sehingga bisa membentuk ekosistem yang kuat agar bisa semakin meningkatkan industri kuliner Indonesia yang sedang bertumbuh.