Dari Kuil dan Gereja hingga Jadi Tempat Bersejarah, Ini Masjid Agung Umayyah

Bagikan

Sejarah tentang perang dan perebutan wilayah juga diwarnai dalam penyebaran agama. Jadi bukti toleransi agama, ini Umayyad Mosque yang pernah dikunjungi Paus.

Di Kota Damaskus, Suriah, berdirilah salah satu masjid tertua dan terbesar dunia, Umayyad Mosque. Umayyad Mosque atau Masjid Agung Umayyah memiliki sejarah toleransi panjang yang bisa ditiru oleh masyarakat dunia, seperti diintip tfanews.com, Senin (20/5/2019) dari berbagai sumber.

Pada tahun 2001, Masjid Agung Umayyah pernah dikunjungi oleh Paus Yohanes Paulus II. Dalam catatan sejarah, masjid ini menjadi yang pertama kali dikunjungi oleh Paus.

Rupanya ada koneksi panjang dari masa lalu yang membuat Paus berkunjung ke masjid ini. Semua bermula dari 3.000 tahun yang lalu.

Masjid Agung Umayyah tak langsung berdiri sebagai rumah ibadah umat muslim. Pada awal pembangunannya, bangunan ini adalah kuil yang dibangun oleh Pemerintahan Romawi.

Kala itu Romawi memerintahkan masyarakat Damaskus untuk membuat sebuah kuil khusus untuk Dewa Jupiter. Kuil tersebut memiliki luas 385×305 meter.

Courtyard of the Umayyad Mosque, Damascus, Syria

Kuil ini bertahan sampai masa Yohanes Pembabtis atau dalam agama islam dikenal sebagai Nabi Yahya meninggal. Dibantai oleh Pemerintahan Romawi, kepala Yohanes Pembabtis dikubur di kuil ini.

Semenjak itu, kuil ini berubah menjadi gereja. Di sebut sebagai Gereja Yohanes Pembabtis, rumah ibadah ini digunakan oleh orang kristen sampai pada akhir abad ke-4.

Pada tahun 636, Damaskus ditaklukkan oleh Khalid Bin Waleed. Di bawah kepemimpinannya, Gereja Yohanes Pembabtis membuka dirinya sebagai tempat beribadah umat muslim.

Toleransi, umat kristen melakukan ibadah di sisi barat gedung. Sedangkan umat muslim salat di sisi timur bangunan.

Kumandangan adzan terdengar 5 kali sebagai penanda waktu salat. Sedangkan umat kristen akan membunyikan lonceng tiap sebelum ibadah. Tak ada yang diributkan, semua berjalan mesra berdampingan.

Penggunaan rumah ibadah yang bersamaan ini terus dilakukan sampai pemerintahan Khalifah Umayyah al Wahid I. Terus berkembang, Khalifah melihat perlunya ruangan ibadah tambahan karena semakin banyaknya jemaah.

Khalifah pun melakukan negosiasi dengan pemimpin kristen untuk mengambil alih ruang sisi barat yang digunakan oleh umat kristen. Sebagai gantinya, Khalifah membangun sebuah gereja yang didedikasikan untuk Perawan Maria di kota tersebut.

Setelah itu, seluruh bangunan ini dijadikan masjid dan diberi nama Umayyad Mosque. Inilah mengapa konstruksi bangunannya kental dengan gaya romawi. Makam Yohanes Pembabtis pun masih ada di sana.

Untuk itulah Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke masjid ini. Paus hendak mengunjungi makam dari Yohanes Pembabtis.

Toleransi umat beragama saat itu rasanya jadi barang mahal di era sekarang. Namun bukan hal yang tidak mungkin jika diwujudkan bersama-sama.