Dengan diadakannya program kerja sama antara startup Indonesia dan Arab Saudi untuk pengembangan layanan haji dan umroh cukup menimbulkan polemik.
Banyak masyarakat menilai teknologi baru tersebut belum tepat untuk diadakan di Indonesia, mengingat para calon jamaah yang masih percaya dengan biro travel umroh yang ada banyak saat ini.
Ahmad baydowi, salah satu calon jamaah umroh yang sempat diwawancarai tfanews.com pada Jumat (5/7) mengatakan, pemanfaatan teknologi startup untuk umroh belum tepat waktunya.
“Saya menilai penggunaan teknologi startup untuk penyelenggaran haji dan umroh belum waktunya, karena masih banyak masyarakat Indonesia yang masih mempercayai biro travel konvensional dan mengingat para calon jamaah yang banyak diisi usia lanjut,” pungkasnya.
Selain itu, Mufidah Zakia seorang pemilik biro travel umroh haji yang sempat kami hubungi ikut memberikan penjelasannya, startup digital yang akan beroperasi di Indonesia jelas akan mengganggu pasar biro travel konvensional.
“Saya sangat tidak setuju dengan kerja sama startup untuk peyelenggaraan umroh dan haji, jelas ini akan sangat mengganggu pasar dan menghancurkan biro travel yang memang sudah berkembang sejak lama. Saya berharap bisa dikaji lagi oleh pemerintah kebijakan ini,” jelasnya pada sambungan telefon, Jumat (5/7).
Umrah digital sendiri adalah platform khusus yang dibangun dengan kerja sama antara Arab Saudi dengan startup nasional Indonesia, dua startup unicorn yakni Tokopedia dan Traveloka didaulat dalam program ini.