Teknologi Kebencanaan Perkuat Daya Saing Pariwisata

Pesawat ke NTB Naik, Pariwisata Menurun

Bagikan

Teknologi kebencanaan dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Hal tersebut berdampat terhadap destinasi pariwisata yang rawan terkena dampak bencana. Jika diterapkan, teknologi ini dinilai memperkuat daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global.

“Dukungan teknologi kebencanaan akan membuat wisatawan merasa nyaman. Karena mendapatkan informasi yang cepat dan akurat tentang bencana,” kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan tertulis di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Teknologi kebencanaan meningkatkan daya saing

Pariwisata Indonesia terus berusaha meningkatkan daya saing di tingkat global. Tahun ini menargetkan berada di ranking ke-30 dunia. Dari posisinya pada 2017 berada di ranking 42 dunia berdasarkan TTCI

“Sebagai pemain global, pariwisata Indonesia menggunakan standar global termasuk dalam mitigation plan menggunakan standar dunia UNWTO,” kata Arief Yahya.

Percepatan

Pesawat ke NTB Naik, Pariwisata Menurun

Sementara itu Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan BPPT terus mendorong percepatan teknologi untuk peringatan dini bencana termasuk untuk destinasi pariwisata yang kerap terdampak oleh bencana geologi maupun hidrometeorologi.

“BPPT telah mengembangkan teknologi kebencanaan sebagai sistem peringatan dan pencegahan dini, baik bencana hidrometeorologi termasuk banjir dan tanah longsor maupun geologi mencakup gempa dan tsunami, untuk mendukung akselerasi program prioritas pembangunan pemerintah di antaranya pariwisata sebagai ‘leading sector’,” kata Hammam Riza.

Ia menjelaskan BPPT telah mengembangkan teknologi kebencanaan antara lain FEWS (Flood Early Warning Sytem) sebagai teknologi peringatan dini untuk bencana banjir dan LEWS (Landslde Early Warning Sytem) untuk gerakan tanah (longsor) serta buoy Merah Putih teknologi mitigasi bencana gempa dan tsunami dan telah dipasang di wilayah rawan bencana.

Teknologi terpadu deteksi dan peringatan seperti teknologi buoy, kabel, maupun radar yang diintegrasikan dengan sistem peringatan dini telah tersedia. Hal itu didukung oleh sistem komunikasi yang berbasis generasi 4.0.

Kemudian dilengkapi  teknologi struktur bangunan yang tahan gempa. “Ada juga teknologi penyediaan kebutuhan pokok seperti air bersih dan pangan darurat bencana, untuk menangani pascakejadian bencana,” kata Hammam Riza.

Menpar Arief Yahya bersama Hammam Riza pada kesempatan itu menyaksikan pameran (displai) teknologi FEWS dan LEWS yang telah di pasang di sejumlah daerah rawan bencana.