Tidar: antara Mitos dan Fakta

Bagikan

Menurut penuturan juru kunci di sana , beliau merupakan seorang ulama dari Turki. Misi penyebaran agama Islam-lah yang membawanya pada Negara Kepulauan ini. Konon, setiap orang yang berani memasuki kawasan itu pasti tidak akan pernah kembali lagi.

Sesuai namanya, Tidar – mati lan modhar – yang dari Bahasa Jawa artinya meninggal. Sosok jin penunggu dan penguasa setempat itulah yang rupanya suka menyantap setiap orang yang berani memasuki kawasan Tidar.

Sehingga siapa pun yang datang pasti tidak dapat kembali pulang. Mendengar keresahan para warga, Syekh Subakir kemudian berani menaklukan jin itu, tentunya dengan bantuan Yang di Atas dan alat saktinya berupa tombak sepanjang 7 meter.

Fasilitas

Membaca mitosnya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri ya? Bagaimana, Travellers? Tertantang untuk mendaki ke puncak Tidar? Mungkin bagi beberapa Travellers sudah malas dulu ya mendengar kata “mendaki”? Tenang saja.

Saat ini, Pemerintah Kota Magelang (Pemkot) telah memfasilitasi tempat wisata ini dengan tangga. Jumlah anak tangganya ada 574. So, Travellers tidak perlu bersusah payah mendaki di tanah terjal. Selain itu, Pemkot juga telah mengupayakan tempat parkir yang luas dan aman. Sebelum memulai pendakian, pengunjung harus meminta izin terlebih dahulu kepada juru kunci dan membayar biaya kebersihan sebesar Rp 3. 000 saja. Murah bukan?

Masih ingat dengan kera yang diceritakan di awal tadi? Ada warga setempat yang mengatakan bahwa kera – kera tersebut ialah jelmaan dari orang – orang korban santapan jin penunggu Tidar. Dulu mereka memasuki kawasan sana sebelum jin tersebut ditaklukan oleh Syekh Subakir. Travellers tidak perlu takut, kera – kera itu menggemaskan, kok!

Sudah memakirkan kendaraan dengan benar? Sudah membayar biaya masuk? Sudah disapa oleh kera – kera menggemaskan? Oke, kita mulai perjalanannya.