Abu Bakar yang Tak Pernah Absen Untuk Membela Kebenaran

Bagikan

Sejak usia remaja Abu Bakar dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah bersahabat. Keduannya memiliki sifat yang mulia, sehingga membuat mereka disenangi oleh masyarakat sekitar, serta disegani lawan maupun kawan ketika memperjuangkan Islam.

Abu Bakar yang juga mahir dalam ilmu hisab itu, dikenal mempunyai kedudukan istimewa di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bahkan salah satu putrinya, yakni ‘Aisyah Ra, kemudian dinikahi Rasulullah. Secara garis besar, sesungguhnya contoh Abu Bakar ini mungkin dapat digolongkan sebagai pejuang Islam yang sejak awal konsisten membela kaum tertindas, tak pandang bulu.

Mengutip dari Jamil Ahmed dalam Seratus Muslim Terkemuka, setiap pertempuran, Abu Bakar tidak pernah absen untuk menegakkan kebenaran dan menumpas penindasan.

Perjuangannya tersebut mian berat sejak dirinya dipilih sebagai khalifah untuk menggantikan Rasulullah yang wafat pada 632 M. Ketika itu, wilayah kekuasaan Islam hampir meliputi seluruh semenanjung Arabia, dan terdiri berbagai suku.

Terpilihnya Abu Bakar ini telah disepakati kalangan sahabat dan dinilai tepat ketika negara dalam kondisi tak menentu. Dalam pidato baiatnya di Masjid Nabawi, Madinah, Abu Bakar antara lain menyatakan,

“Orang yang lemah di antara kalian akan menjadi kuat dalam pandangan saya hingga saya menjamin hak-haknya seandainya Allah menghendaki, dan orang yang kuat di antara kalian adalah lemah dalam pandangan saya sehingga saya dapat merebut hak daripadanya. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya.”

Adapun sepuluh pesan yang kerap disampaikan khalifah yang wafat pada 13 H, dalam usia 63 tahun itu, ketika hendak melepas pasukannya ke medan perang adalah:

“Jangan berkhianat, jangan berlebih-lebihan, jangan menipu (berbuat makar), jangan membunuh lawan dengan cara-cara sadis, jangan membunuh anak-anak, lelaki lanjut usia, dan wanita. Juga jangan menebang pohon-pohon kurma yang sedang berbuah, jangan melakukan pembakaran, jangan menyembelih domba, sapi, dan unta kecuali hanya untuk sekadar kebutuhan makan dagingnya. Nanti kalian akan berjumpa dengan orang-orang yang bertapa dalam biara, maka biarkanlah mereka dan jangan mengusiknya.”