Burung Ababil Membawa Api dari Langit Menyerang Abrahah

Burung Ababil

Bagikan

Burung Ababil diturunkan Allah untuk menyerang pasukan bergajah Abrahah yang sedang menyerbu Ka’bah Rumah Allah yang disucikan.

Burung Ababil yang menyerang pasukan Bergaja saat dalam perjalanan ke Mekkah. Awalnya,  Abrahah berhasil mengalahkan kabilah-kabilah Arab. Mulai dari Dzu Nafar, serta dari suku Khats’am yakni Nufail bin Habib Al Khats’ami.

Setiba di Thaif, pemukanya bernama Mas’ud bin Mu’attib bersama beberapa lainnya, justru menyongsong kedatangan Abrahah, lalu menyatakan tunduk dan mendukungnya.

Bahkan Mas’ud bin Mu’attib yang memuja berhala Laatta, memberikan Abrahah seorang penunjuk jalan bernama Abu Raghaal.

Sial bagi Abu Raghaal. Sesampainya di satu tempat dekat Thaif bernama Mughammis Abu Raghaal meninggal mendadak. Maka ia dikuburkan di sana.

Dari Mughammis, Abrahah mengutus seorang duta bangsa Habsyi bernama Aswad bin Maqfud. Ternyata Aswad berulah.

Aswad yang mengendarai kuda, bersama pasukannya, merampas harta benda penduduk suku Quraisy, dan orang-orang Arab. Termasuk 200 ekor unta milik sesepuh Quraisy yang dihormati, yakni Abdul Mutalib bin Hasyim.

Penjarahan Aswad bin Maqfud itu membuat kaum Quraisy, orang Kinanah dan kabilah Huzail, marah. Lalu Abrahah mengirim utusan lagi, dengan pesan agar masyarakat Mekkah jangan menentangnya.

Sang utusan, Hunathah Al-Himyari mendatangi sesepuh paling terkemuka di Mekkah, Abdul Mutalib. Disampaikannya titah Abrahah, agar Abdul Mutalib menghadap padanya.

Pertemuan Abdul Mutalib dan Abrahah berbuah pengembalian 200 unta milik sang sesepuh. Namun niat menyerang Ka’bah, tak terbendung. “Allah itu sendiri tidak akan dapat menghambat maksudku!” tegas Abrahah.

Sekembalinya Abdul Mutalib ke Mekkah, ia perintahkan seluruh penduduk meninggalkan kota itu. Abdul Mutalib turut menyingkir, setelah berdoa di pintu Ka’bah, memohon pertolongan Allah. Mereka mengungsi ke lereng-lereng bukit, dan menunggu pertolongan Allah.

Esok paginya Abrahah memasuki Mekkah, menurut Ibnu Hisyam dalam sirahnya, tampaklah di udara beribu-ribu ekor burung terbang menuju pasukan Abrahah.

Burung Ababil dalam Jumlah Ribuan Siap Menghantap

Ribuan burung datang dari jurusan laut, masing-masing membawa 3 butir batu. Sebutir dimulutnya, dan 2 butir digenggamnya dengan kedua belah kakinya, lalu serentak kawanan burung itu menjatuhkan batu itu kepada balan tentera Abrahah.

Manusiaa yang terkena, memekik kesakitan saking panasnya. Pasukan berlarian dengan tubuh berlubang-lubang terbakar batu membara. Raja Abrahah turut terkena. Terkelupas kulitnya, gugur dagingnya, lalu mati dengan tubuh hancur.

Peristiwa besar pada tahun itu, diingat dengan nama Tahun Gajah. Tak lama berselang, masih pada tahun yang sama, Aminah melahirkan putranya.

Sang Kakek, Abdul Mutalib, memberi nama cucunya: Ahmad bin Abdullah. Dalam hadis dan kitab Aiyamun Nubuwah dikatakan, Ahmad bin Abdullah yang kita cintai sebagai Nabi Muhammad Rasullullah SAW, lahir pada 12 Rabiul Awal, 50 hari saja sudah kejadian bersejarah kehancuran pasukan gajah Abrahah.