Allah SWT memanggil hambanya yang dikehendaki untuk menunaikan ibadah haji. Ketika panggilan itu tiba, tidak ada yang bisa menghalangi. Bahkan bila hamba yang dipanggil itu telah berusia senja.
Harjo Mislan, adalah seorang calon jamaah haji tertua di Indonesia, usianya sudah 109 tahun. Calhaj asal Desa Bedingin, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo ini tergabung dalam kloter 19 dari Embarkasi Surabaya.
Mbah Harjo, begitu dirinya disapa, tak bermasalah dengan kesehatan. Dia hanya butuh tongkat untuk membantunya berjalan tanpa bantuan orang lain. Semangat dalam diri si mbah ini sangat luar biasa.
Rencananya, kakek yang sudah punya 15 cucu ini akan berangkat bersama 618 jemaah haji lainnya dari Ponorogo pukul 02.00 WIB, Rabu (15/5/2024) dini hari.
Mbah Harjo rencananya akan berangkat bersama anak keduanya yang juga sekaligus sebagai pendampingnya ketika berada di Tanah Suci.
Rahasia Tetap Bugar di Usia Senja
Mbah Harjo mengaku tetap sehat di usia senja karena melakukan olahraga senam yang rutin dijalani. Terkadang, dirinya juga sempat berlari cepat untuk menjaga stamina.
“Olahragane ya senam, nopo-nopo niku, lari cepat saget. Pekerjaan tani (olahraganya senam, apa saja, jalan cepat bisa. Pekerjaan sebagai tani),” kata Harjo.
Mbah Harjo adalah salah satu rakyat yang turut merebut kemerdekaan Indonesia di era perjuangan tahun 1945. Setelah perang selesai, dirinya kembali menjadi petani.
Dia juga mengaku sempat menjadi perangkat desa, bertugas sebagai bayan di desanya sejak tahun 1967 hingga 1990.
Sirmat 66 tahun, adalah anak kedua Mbah Harjo yang akan mendampingi sang ayah berangkat haji.
Dia membeberkan rahasia kebugaran sang ayah. Katanya, dia selalu beraktivitas di sawah dan punya hobi olahraga.
Rahasia lainnya, dia sebut, sang ayah orangnya suka menerima, menerima apa yang didapat. Tidak bertindak aneh-aneh dalam hidupnya.
“Mbah kung itu aktivitas di sawah, hobinya berolahraga, di samping itu mbah kung nerimo ing pandum, dadi nerimo, ora neko-neko, nerimo (di samping itu mbah kung terima apa adanya, jadi pasrah, tidak macam-macam, pasrah),” anaknya mengungkapkan.
Sebelumnya si mbah ini pernah didiagnosis pembengkakan jantung, namun setelah menjalani perawatan, berhasil melewati tes kesehatan dan dinyatakan boleh berangkat haji.
Yang menjadi kendala justru dalam identifikasi sidik sempat terjadi kesulitan.
“Sempat check up ada sedikit pembengkakan jantung, tetapi insyaallah dengan sedikit pengobatan bisa lancar. Insyaallah tidak khawatir dengan kondisi bapak,” ujar dia.
Keinginan haji ini sebetulnya belum terlalu lama. Baru muncul ketika dirinya sempat menjalani ibadah umroh pada tahun 2017 lalu. Dan baru mendaftar pada tahun 2019.
“Setelah itu bilang, ‘le aku kok pengen kaji’ (nak aku kok ingin naik haji), lalu saya jawab ‘yo mbah mugo-mugo rejekine ono’ (iya mbah, semoga ada rejeki),” tandas Sirmat.