Orang Betawi era 1970an sangat mengenal KH Abdullah Syafi’ie. Dia adalah seorang alim yang pandai berpidato.
Suaranya lantang. Intonasinya tegas. Syair-syair yang dibacakannya menyentuh hati, menjadi penyemangat.
Dalam buku Kepemimpinan dan Keteladanan KH Abdullah Syafi’ie, anak keduanya (alm) Prof Dr Hj Tutty Alawiyah menceritakan pengalaman yang paling berkesan. Yaitu ketika sang ayah melaksanakan haji pada tahun 1950. Seperti apa? simak penjelasan di bawah ini.
KH Abdullah Syafi’ie berangkat haji
Ketika itu bangsa Indonesia baru berusia lima tahun. Berangkat haji kala itu masih menggunakan kapal laut yang memakan waktu sekitar setahun.
“Usiaku masih delapan tahun,” tulis Tutty mengawali kisahnya.
KH Abdullah Syafi’ie berangkat sebagai pembimbing haji. Dia membawa serta istrinya, Rogayah, yang ketika itu sakit-sakitan.
KH Abdullah Syafi’ie dan istrinya tahu kalau anak-anaknya akan sedih melepas kepergian mereka. Agar kesedihan tak meluap, dua orang tua itu mengajak anak-anaknya bertamasya.
Tutty bertanya-tanya, “Kita mau kemana ya?” KH Abdullah Syafi’ie menjawab, mau ke Museum Gajah di tengah kota.
KH Abdullah Syafi’ie meninggalkan keluarga
Setelah lama di sana barulah mereka berangkat menuju Tanjung Priok. Di sana mereka sedih melepas kepergian KH Abdullah Syafi’ie dan Rogayah.
Sehari kemudian, Tutty mendengar kabar bahwa kapal yang membawa jamaah haji belum berangkat. Dia dan saudara-saudaranya langsung menuju ke Tanjung Priok.
Di sana dia berkumpul lagi dengan ayah dan ibunya. “Saya berkali-kali dipeluk ibu,” kenang Tutty.
Pertemuan itu membuat Tutty semakin kuat merelakan kedua orang tuanya pergi berhaji. Mereka pun tak bersedih ketika kapal membelah lautan.
Oleh-oleh KH Abdullah Syafi’ie
Selesai berhaji, KH Abdullah Syafi’ie dan istrinya pulang ke Tanah Air. Ada sejumlah oleh-oleh yang mereka bawa untuk anak-anak dan kerabat. Di antaranya adalah kurma dan air zamzam.
Ada juga cokelat-cokelat yang lezat. Pasti buatan luar negeri. “Wah nikmatnya,” tulis Tutty mengenang kebersamaannya dengan orang tua yang dia cintai.
Pada 3 September 1985 KH Abdullah Syafi’ie meninggal dunia. Jasadnya dikebumikan di Kompleks Pesantren Putra As-Syafi’iyah Jatiwaringin Bekasi.