Abu Hurairah merupakan sahabat Nabi yang selalu akrab dengan kemiskinan. Sejak usia belia, dirinya selalu dekat dengan kemiskinan.
Kemiskinan Abu Hurairah itu membawa berkah baginya. Berkat tak ada harta yang harus dijaga dan dikelola, dirinya lantas tak pernah berpisah dengan Nabi Muhammad.
Dialah sahabat yang paling sering mendengarkan perkataan Rasulullah. Siang maupun malam, dirinya selalu menemani Nabi Muhamad. Tak heran jika beliau sangat banyak menghafal perkataan Nabi.
Tidak seperti sahabat lain yang memiliki banyak kesibukan dunia, sehingga sering tidak hadir dalam majlis Nabi Muhammad. Beliau adalah salah satu sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadis. Bahkan, beliau dijuluki sebagai penghafal hadis terbesar sepanjang masa dengan jumlah hafalan sebanyak 5.374 hadis.
Sebelumnya, Thufail bin Amr, seorang pemimpin Bani Daus, kembali ke kampungnya setelah bertemu dengan Nabi Muhammad dan menjadi muslim. Ia menyerukan untuk masuk Islam, dengan begitu beliau segera menyatakan ketertarikannya meskipun sebagian besar kaumnya saat itu menolak.
Ketika beliau pergi bersama Thufail bin Amr ke Makkah, Nabi Muhammad mengubah nama beliau menjadi Abdurrahman (hamba Maha Pengasih). Ia tinggal bersama kaumnya beberapa tahun setelah menjadi muslim, sebelum bergabung dengan kaum muhajirin di Madinah tahun 629.
Beliau pernah meminta Nabi untuk mendoakan agar ibunya masuk Islam, yang akhirnya terjadi. Ia selalu menyertai Nabi Muhammad sampai dengan wafatnya Nabi tahun 632 di Madinah.
Kisah Abu Hurairah Saat Muda
Belaiu berasal dari kabilah Bani Daus dari Yaman. Ia diperkirakan lahir 21 tahun sebelum hijrah, dan sejak kecil sudah menjadi yatim.
Ketika mudanya ia bekerja pada Basrah binti Ghazawan, yang kemudian setelah masuk Islam dinikahinya. Nama aslinya pada masa jahiliyah adalah Abdus-Syams (hamba matahari) dan ia dipanggil sebagai Abu Hurairah (ayah/pemilik kucing) karena suka merawat dan memelihara kucing.
Diriwayatkan atsar oleh Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang mauquf hingga. Abdullaah bin Raafi’ berkata, “Aku bertanya kepada Abu Hurairah, “Mengapa engkau bernama kuniyah Abu Hurairah?” Ia menjawab, “Apakah yang kau khawatirkan dariku?” Aku berkata, “Benar, demi Allah, sungguh aku khawatir terhadapmu.”
Beliau melanjutkan, “Aku dahulu bekerja menggembalakan kambing keluargaku dan di sisiku ada seekor kucing kecil (Hurairah). Lalu ketika malam tiba aku menaruhnya di sebatang pohon, jika hari telah siang aku pergi ke pohon itu dan aku bermain-main dengannya, maka aku diberi kuniyah Abu Hurairah (bapaknya si kucing kecil).”