Mashrabiya (baca: masrabia). Ia bagai tudung, menyelimuti bagian depan bangunan-bangunan di Arab bagian timur. Melaluinya, sinar mentari masuk, bagai membisikkan kabar dunia luar, bagi gadis-gadis dari balik relungnya. Itu sebabnya, dunia barat memberi anggapan salah terhadap mashrabiya: sebagai “jendela harem”…
Mashrabiya bukanlah “jendela harem”. Ia adalah sejenis jendela, berupa kisi-kisi kayu berukir, yang posisinya tinggi atau biasanya terletak pada lantai kedua bangunan, dan kadang dilapisi kaca patri.
Dalam arsitektur Arab tradisional, jendela jenis ini merupakan elemen penting yang digunakan sejak Abad Pertengahan hingga pertengahan abad ke-20.
Konotasi dunia barat tentang jendela yang satu ini, berdasarkan pada “fantasi Barat” terhadap budaya oriental, pasca ekspedisi Napoleon (1798-1801), di wilayah Timur Tengah, Mesir dan Syria.
Para seniman barat seperti John Frederick Lewis, Walter Charles Horsley, dan Arthur von Ferraris, pernah menggambarkan hareem dan para wanita Arab, yang “tersembunyi”, di balik kehidupan mashrabiya. .
Memang benar, jendela ini memiliki filosofi tersendiri dalam tradisi masyarakat Timur Tengah, khususnya pada arsitektur Mashriq – wilayah di timur Arab- yang meliputi Irak, Levant, Hejaz, Mesir, dan lainnya.
Fungsi Mashrabiya Bagi Warga Timur Tengah
Bagi masyarakat Timur Tengah masa lampau, rumah mereka haruslah mampu melindungi penghuninya dari teriknya matahari dan udara panas gurun pada siang hari, sekaligus dari dinginnya udara malam.
Maka, pada bagian dalam rumah, atau di balik jendela ini ditempatkan pot-pot tanah liat berisi air yang diletakkan pada rak kayu, di bawah “jendela” mashrabiya.
Melalui bagian tertutup dan terbuka dari kisi-kisi mashrabiya inilah, mengalir udara yang mampu mendinginkan air dalam pot tanah liat tadi. Itu sebabnya, berdasarkan fungsi tersebut membuat nama mashrabiya awalnya bermakna “tempat untuk minum”.
Umumnya jendela ini terletak di bagian depan bangunan, atau bisa juga menghadap halaman dalam (internal). Seiring waktu, selama berabad-abad, jendela ini berkembang luas, dalam bentuk dan fungsinya.
Tak sekedar jendela, ia juga berfungsi sebagai tirai, gorden, pendingin udara, hingga sekat pembatas ruangan untuk memisahkan ruang privat dan publik maupun pemisah ruangan antara pria dan wanita.
Bahkan kini ia kerap menjadi ornamen arsitektur penting pada bangunan-bangunan Islam di seantero jagad raya.
Selain karena nilai estetikanya, mashrabiya diadopsi oleh banyak karya seni Islam, karena memang ia didasari ajaran Islam.
Oleg Graber dalam bukunya Islamic Art and Beyond, percaya bahwa kesatuan seni Islam -dicontohkan dalam penyebaran pemakaian mashrabiya di seluruh negara-negara Islam-, berhubungan dengan gagasan teologis tauhid yang sangat Islam, atau keesaan Allah yang absolut