Bagi mereka, air adalah darah, batu adalah tulang, tanah adalah daging dan hutan adalah kulit, paru-paru dan rambut. Filosofi inilah yang melahirkan kecintaan dan kepedulian pada pelestarian alam. Di Fatumnasi wisatawan belajar peduli pada alam bukan dengan logika budi tapi dengan logika hati.
Wisata alam Fatumnasi bukanlah suatu konsep pariwisata konvensional yang seringkali dibumbui beragam kepentingan kapital belaka. Fatumnasi menghadirkan wisata berbasis kesadaran masyarakat yang kental akan tradisi penghormatan pada alam serta filosofi alam yang dihidupi turun-temurun.
Ketika di berbagai tempat wisata, alam sekedar dijadikan objek justru di Fatumnasi alam dan kultur masyarakat menjadi ruang rekreatif dan edukatif. Inilah yang jarang dijumpai saat ini.
Adat yang kuat
Di lain pihak, salah satu kekuatan masyarakat Fatumnasi dalam merawat alam yakni kelembagaan adat yang teguh dijalankan. Fungsi pemerintahan adat tidak semata-mata mengatur relasi hidup antarmanusia tetapi juga antara manusia dan alam.
Jabatan adat paling strategis dalam mengatur tata kehidupan manusia dan alam ialah Usif atau penguasa. Salah satu peran penting yang diemban oleh Usif adalah membuat aturan untuk melindungi sumber daya alam dan kepemilikannya.
Selain Usif, adapula Meo atau penglima perang yang bertugas untuk menjaga wilayah dengan segala sumber kekayaan alam. Inilah yang menjadi kekuatan utama sebuah wisata alam. Alam terintegrasi dengan tatanan hidup dan kultur masyarakat setempat.